Paulus adalah contoh bagaimana kasih karunia Allah dapat mengubah seseorang. Tuhan mengubahnya dari seorang penganiaya jemaat, menjadi pemberita Injil yang tak kenal lelah.
Ia menyadari bahwa panggilannya bukan berdasarkan jasanya, tetapi karena anugerah Tuhan. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk rencana-Nya, termasuk mereka
yang dulunya jauh dari-Nya.
Panggilan Petrus: dari keraguan menuju kepatuhan.
Dalam Injil Lukas 5:1-11, Yesus memanggil Petrus dan beberapa murid lainnya dengan
cara yang unik. Setelah semalaman tidak menangkap ikan, Yesus menyuruh mereka untuk
menebarkan jala ke tempat yang lebih dalam.
Petrus awalnya ragu, tetapi akhirnya berkata, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Lukas 5:5).
Mukjizat terjadi: mereka menangkap banyak ikan hingga jala mereka mulai koyak. Menyadari kehadiran ilahi dalam Yesus, Petrus tersungkur dan berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (Lukas 5:8).
Namun, Yesus justru mengangkatnya dan berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia" (Lukas 5:10).
Panggilan Yesus mengubah hidup Petrus. Ia yang sebelumnya seorang nelayan biasa kini dipanggil untuk pekerjaan yang lebih besar: menjala manusia bagi Kerajaan Allah. Petrus dan rekan-rekannya meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus.
Panggilan Tuhan dalam Hidup Kita
Ketiga tokoh ini mengajarkan bahwa Tuhan bisa memanggil siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Mungkin kita merasa tidak layak seperti Yesaya, memiliki masa lalu kelam seperti Paulus, atau ragu-ragu seperti Petrus.
Namun, Tuhan tidak melihat ketidaksempurnaan kita sebagai penghalang. Yang terpenting adalah bagaimana kita menanggapi panggilan itu. Tapi Bagaimana kita bisa menanggapi panggilan Tuhan? Karena kesempurnaan adalah milik Tuhan.
Di hadapan Allah yang maha sempurna, semua orang berdosa akan selalu memiliki masa depan baru.
Maka pertama, kita perlu menyadari Keagungan dan Kekudusan Tuhan: Seperti Yesaya, kita perlu menyadari siapa Tuhan dan siapa diri kita. Ini akan menumbuhkan sikap rendah hati dan kesiapan untuk dibentuk oleh Allah.
Kedua, kita harus mengandalkan Kasih Karunia Tuhan, seperti Paulus yang sadar bahwa pelayanan bukan tentang kehebatan kita, melainkan tentang anugerah Tuhan yang bekerja dalam kita.
Ketiga, ketaatan yang mengatasi keraguan: Seperti Petrus, kita mungkin tidak selalu memahami rencana Tuhan. Namun, oleh ketaatan kita akan melihat karyaNya yang luar biasa.
Panggilan Tuhan bisa datang dalam berbagai bentuk: dalam keluarga, pekerjaan, komunitas gereja, atau bahkan dalam situasi yang tidak kita duga. Yang penting adalah hati yang terbuka untuk menjawab seperti Yesaya: “Ini aku, utuslah aku!” (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS