Flores Timur Terkini

P. Aloysius SVD Berkati Tetua Adat Sebelum Ritual Sakral di Gunung Lewotobi

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERKAT - P. Aloysius Making, SVD memberikan berkat sebelum ritual Tuba Ile di Gunung Lewotobi Laki-laki, Rabu, 22 Januari 2025.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA-Gerimis membasuh halaman rumah Silvester Suli Puka (85), tetua adat Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, Rabu, 22 Januari 2025 pagi.

Ratusan masyarakat adat utusan desa-desa di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki berkumpul di sana. Ritual 'Tuba Ile' memberi makan gunung segera dimulai. Pater Aloysius Making hadir dalam rangkaian ritus sakral itu.

Imam katolik pada Paroki Maria Ratu Semesta Alam Hokeng yang juga penyintas bencana itu memberkati segala fasilitas beserta tetuah adat sebelum melangsungkan ritual sakral di areal Gunung Lewotobi Laki-laki.

Lewotobi Laki-laki berstatus Level III (Siaga) dan masih mengalami erupsi. Desa Nawokote terpaut jarak di bawah 5 kilometer dari Gunung Lewotobi. Keadaannya sudah porak poranda. Material belerang hingga batu akibat terseret banjir lahar dingin masih berserakan.

Perjalanan ke mesbah tempat ritual Tuba Ile memakan waktu 2 jam, melewati jalan tanah terjal dan berliku. Jaraknya sekitar 3 kilometer. Butuh ketahanan fisik dan kesiapan mental.

Pantauan POS-KUPANG.COM,  P. Aloysius mengenakan stola yang melingkari lehernya. Ia berdiri sambil mengangkat kedua tangannya, mendaraskan doa, dan memberikan berkat ke sejumlah tetuah suku Puka, Tobi, Mukin, dan suku-suku pelaku Tuba Ile.

Baca juga: Lewotobi Erupsi, Relawan Indonesia Bangkit Keliling Desa Beri Makan Ternak Warga

Dari ruangan berdinding bambu cincang itu, P. Aloysius, SVD kemudian berdiri di depan tenda. Ia memberkati sejumlah masyarakat adat dan simpatisan yang hadir, termasuk Pelaksana Tugas (Plt) Camat Wulanggitang, Karolus Kelemur dan para kepala desa.

Setelah pemberkatan dan doa dalam lantunan mantra adat, tetuah suku di bawah pimpinan suku Puka selaku pemilik Gunung Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan bergegas ke mesbah. Para simpatisan juga ikut. Jumlahnya sekira 40 orang. Mereka berangkat tepat pukul 10.45 Wita.

Tobias Lewotobi Puka berjalan pada barisan paling depan, diikuti suku-suku terkait. Mereka membawa hewan kurban berupa anak kambing untuk disembelih.

Selain sesajen dan hewan kurban, mereka juga mengembalikan sejumlah barang yang pernah diambil dari gunung. Satu diantaranya adalah Santigi. Tanaman bernilai estetis ini sengaja diambil untuk menghiasi pekarangan.

Tetuah adat Nawokote, Tobias Lewotobi Puka, mengatakan, ritual Tuba Ile melibatkan semua suku yang mendiami Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura.

Suku-suku dimaksud, paparnya, adalah Puka, Tobi, Mukin, Aran, Bukan, Uran, Kedang, Tapun, Noba, Kwuta, Blolon, Wolor, dan Mare. Ritual sakral ini digelar atas kesepakatan suku-suku dan semua elemen masyarakat sejak tanggal 8 Desember 2024 lalu.

Baca juga: Dua Kilometer dari Erupsi, Warga Lereng Lewotobi Minta Maaf Lewat Ritual Tuba Ile

Tobias menambahkan, Gunung Lewotobi diyakini sebagai nenek moyang atau leluhur. Bencana selama satu tahun hingga letusan dahsyat 3 November 2024 tak terlepas dari respons alam atas perbuatan menyimpang manusia.

"Mohon ampun atas segala yang sudah kita lakukan terhadap alam semesta, terkhususnya gunung. Kita minta ampun sekaligus ucapan terima kasih. Bukti dari dua hal ini, kita berikan sesajian ke gunung," ungkapnya.

Halaman
12

Berita Terkini