Timor Leste

Timor Leste Bersiap Menghadapi Kekacauan Iklim dengan Melakukan Simulasi Bencana

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam latihan simulasi bencana di desa Orlalan, Timor Leste, anak-anak menerima pertolongan pertama

“Mengubah pola pikir masyarakat agar siap adalah sebuah proses jangka panjang. Bukan sesuatu yang terjadi hanya dalam satu atau dua tahun.”

Dengan dukungan UNEP selama lima tahun, Timor Leste telah mencapai kemajuan yang signifikan, namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Bunyikan alarm dengan keras dan jelas

Di Orlalan, proses evakuasi saat terjadi bencana mengikuti rencana lima langkah yang cermat. Pertama, otoritas nasional mengeluarkan peringatan dini akan bahaya yang akan terjadi. Para pemimpin masyarakat kemudian bertemu untuk menilai rute pelarian dan mengidentifikasi tempat perlindungan yang aman.

 Informasi ini disiarkan melalui sistem suara bertenaga surya, bahkan menjangkau desa-desa paling terpencil, sementara para relawan menggunakan megafon untuk memastikan semua orang mendapat informasi.

Saat evakuasi dimulai, tim pertahanan sipil dan petugas pertolongan pertama yang terlatih dalam pertolongan pertama dikerahkan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Kelompok yang paling rentan akan diprioritaskan, dan setelah semua orang direlokasi dengan aman, pasokan penting akan didistribusikan oleh pemerintah ke tempat penampungan.

Namun proses ini bukannya tanpa tantangan. “Bagian tersulit adalah memastikan cukup makanan selama evakuasi,” kata Adriano Soares, kepala desa Torilalan, sebuah desa kecil. “Banjir merusak tanaman, menghabiskan sumber daya kita dan membuat kita sulit untuk bertahan hidup.”

Teknologi yang mengubah permainan dan menyelamatkan jiwa

Dalam pidatonya yang berkesan selama COP29, Konferensi Iklim PBB di Baku, Azerbaijan, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menunjukkan kenyataan yang mengerikan: bahwa negara-negara terbelakang dan negara-negara kepulauan di dunia hanya mempunyai kurang dari 10 persen data yang mereka perlukan untuk melakukan upaya-upaya yang efektif untuk sistem peringatan. Pesan yang disampaikan sangat jelas—tanpa data yang tepat, kehidupan akan terancam.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres berbicara dalam Rapat Darurat Dewan Keamanan PBB di Markas PBB, Minggu (14/4/2024) malam waktu setempat atau Senin (15/4/2024) waktu Indonesia. (AP PHOTO/YUKI IWAMURA)

Upaya-upaya kini sedang dilakukan di Timor Leste untuk menutup kesenjangan ini.

Sebagai bagian dari inisiatif UNEP, sembilan Stasiun Cuaca Otomatis, dua sistem Pengamatan Meteorologi Otomatis, tiga radar dan pelampung laut sedang dipasang di seluruh negeri.

Menurut Terêncio Fernandes, Direktur Departemen Meteorologi dan Geofisika Nasional, teknologi ini akan membantu kemajuan negara ini dari pengamatan iklim tingkat dasar ke tingkat yang lebih maju, dengan potensi untuk mencapai tingkat lima—sebuah tolok ukur observasi iklim yang komprehensif dan nyata. data iklim waktu.

Stasiun AWS baru, yang berbiaya rendah dan dapat mengirimkan data tanpa memerlukan internet, merupakan terobosan baru bagi desa-desa terpencil seperti Orlalan. Stasiun-stasiun ini mengumpulkan data penting mengenai curah hujan, kecepatan angin, suhu, dan faktor meteorologi lainnya, lalu mengirimkannya setiap menit ke sistem pusat untuk dianalisis.

Warisan aksi global

Sistem yang sedang dibangun di Timor Leste bukan sekadar pencapaian nasional; ini merupakan bukti kekuatan kerja sama global. Sebagian besar kemajuan ini merupakan hasil keputusan yang diambil pada Konferensi Iklim PBB, COP16 tahun 2010, di mana Dana Iklim Hijau dibentuk untuk membantu negara-negara seperti Timor-Leste beradaptasi terhadap krisis iklim.

Halaman
123

Berita Terkini