Berita NTT

Tim Ekosmira Paparkan Hasil Riset, Bapperida NTT Ajak Kerja Sama Kembangkan Inovasi

Editor: Oby Lewanmeru
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto bersama Petinggi PTV Konsorsium Ekosmira NTT dan Tim Perisetnya bersama Plt. Kepala Bapperida NTT dan Tim Periset Bapperida usai pemaparan hasil riset Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah.

POS-KUPANG.COM - Tim periset Program Penguatan Ekosistem Kemitraan (Ekosmira) untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah NTT, memaparkan temuan risetnya kepada Pemerintah Daerah NTT padaSelasa, 9 Juli 2024. Kegiatan tersebut berlangsung di Badan Perencanaan dan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) NTT, dihadiri Plt. Kepala Bapperida NTT, Dr. Alfonsius Theodorus.

Hasil riset yang dipaparkan telah dituangkan ke dalam naskah kebijakan (policy brief) yang meliputi scenario planning dan road mapping 2025 - 2029 untuk perencanaan tenaga kerja(workforce/manpower planning) dan perencanaan inovasi (innovation planning) yang berbasis potensi daerah NTT yaitu pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan pariwisata (5P).

Demikian release yang diterima Pos Kupang, Jumat, 12 Juli 2024. Rombongan tim periset Ekosmira NTT dipimpin langsung oleh Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani), Johanis A. Jermias, S.Pt, M.Sc, Direktur Politeknik Negeri Kupang (PNK), Frans Mangngi, ST., M.Eng, Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kerjasama Politani, Max A.J. Supit, S.Pt., G.Dip.Sc, M.FoodTech, dan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama PNK, Jemsrado Sine, ST., M.Eng, yang juga merupakan anggota tim periset Ekosmira NTT.

Sedangkan pemaparan hasil riset dilakukan oleh Ketua Tim Noldin Abolla, SP., M.Sc dan Sulche I. Nafi, Ph.D didampingi Melsiani Saduk, Ph.D dan Dina V. Sinlae, SP., M.Agribus.

Johanis Jermias, S.Pt., M.Sc selaku Direktur PTV Pengampu Konsorsium Ekosmira NTTdalam pertemuan tersebut menyampaikan bahwa agenda pemaparan hasil riset oleh Tim Ekosmira kepada Pemda NTT merupakan hal yang krusial karena hakikat pelaksanaan program Ekosmira adalah menghasilkan rekomendasi strategis berbasis data penelitian bagi pembangunan wilayah NTT dengan penekanan pada penguatan ekosistem kemitraan dan pengembangan pendidikan vokasi di daerah.

Diharapkan, rekomendasi yang tertuang dalam policy brief tersebut, dapat dipertimbangkan dan dipakai oleh Pemda NTT sebagai acuan dalam pembangunan wilayah, minimal lima tahun ke depan.

“Selain scenario planning dan roadmapping, ada sejumlah inovasi yang direkomendasikansesuai
potensi wilayah NTT untuk mengatasi masalah pembangunan yang dihadapi saat ini,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Dr. Alfonsius Theodorus selaku Plt. Kepala Bapperida NTT yang didampingi sejumlah periset Bapperida mengajak tim periset Konsorsium Ekosmira NTT berkolaborasi dengan Tim Periset Bepperida melakukan penelitian untuk mengembangkan inovasi berbasis potensi dan keunggulan daerah yang direkomendasikan.

“Saya sependapat bahwa inovasiinovasi yang direkomendasikan ini tepat untuk mengatasi permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk itu mari kita bekerjasama dalam penelitian pengembangan inovasi-inovasi tersebut agar dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menekan angka kemiskinan di NTT,” tegas Theodorus.

Sementara itu, paparan materi yang disampaikan tim periset Konsorsium Ekosmira NTT menyebutkan bahwa penelitian berlangsung selama 10 bulan di lima kabupaten sample yaitu di Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten Alor, Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat.

Metode yang dipakai adalah mixed method dengan pendekatan foresight melalui Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dan system dynamic.

Melalui pendekatan foresight, diperoleh dua drivers of change di NTT, yaitu ekonomi dan value. Driver ekonomi mengusung aspek inovasi dan daya saingproduk di NTT, sedangkan driver value menyoroti aspek komitmen pemerintah terhadap integrasi sektor pariwisata dan sektor primer (pertanian dalam arti luas) di NTT.

Hasil riset menunjukkan bahwa wilayah NTT sangat kaya dengan sumberdaya alam premium namun belum dikelola secara maksimal dengan sentuhan inovasi sehingga daya saing produk di pasar lokal, nasional maupun global rendah.

Selain itu, komitmen pemerintah untuk mengintegrasikan sektor primer dan sektor pariwisata masih rendah sehingga dengan investasi masif di sektor pariwisata tanpa diikuti penguatan/percepatan pada sektor pertanian, menyebabkan tergilasnya sektor primer yang merupakan sumber mata pencaharian mayoritas warga serta penyumbang terbesar PDRB NTT.

“Hasil DKT dengan metode foresight di lima kabupaten sample menyebutkan bahwa ego sektoral masihsangat
dominan dalam implementasi berbagai program pembangunan di NTT,” jelas Abolla.

Halaman
12

Berita Terkini