SUARA PAGI bersama
Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor
Sabtu, 6 Juli 2024
Maria Goretti
Hari Sabtu Imam
Lectio:
Amos 9:11-15;
Mazmur 85:9,11-12,13-14
Matius 9:14-17
Berpuasa yang tulus bukan karena paksaan
Meditatio:
Injil pada hari kemarin, mengisahkan tentang Matius dipanggil menjadi murid Yesus. Matius mengadakan suatu jamuan besar bagi Yesus yang dihadiri oleh rekan-rekan sesama pemungut cukai dan para murid. Nampaknya Yesus dijamu dalam sebuah pesta yang mewah meriah di rumah Matius.
Jamuan makan itu dihadiri cukup banyak tamu. Orang Farisi dan ahli Taurat mengamati-amati Yesus dengan cermat dan mencari cara untuk mengkritik-Nya demi mendapatkan simpati publik.
Mereka berkeberatan dengan tindakan Yesus makan-minum dengan para pendosa. Keberatan ini ditanggapi Yesus dengan mengatakan bahwa Dia datang sebagai seorang tabib untuk menyembuhkan orang sakit, sehingga tidaklah mengherankan jika Dia menghabiskan waktu bersama para pendosa.
Dia datang dan bersatu dengan orang-orang berdosa untuk membawa mereka keluar dari kedosaan itu. Dalam perikop injil yang kita renungkan hari ini, murid-murid Yohanes datang kepada Yesus dan bertanya mengenai puasa. Yang dipermasalahkan mereka kali ini adalah murid-murid Yesus yang tampaknya tidak pernah berpuasa.
Hanya murid-murid Yohanes yang rajin berpuasa dan bermatiraga. Mereka pun bertanya kepada Yesus:” “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”
Puasa yang dipertanyakan oleh murid-murid Yohanes adalah puasa yang merupakan bentuk kesalehan pribadi, bukan puasa yang diwajibkan pada saat khusus. Orang Yahudi berpuasa dua kali seminggu, yakni Senin dan Kamis.
Murid-murid Yohanes tidak bisa menerima bahwa mereka telah melakukan kewajiban puasa, sementara murid Yesus tidak. Secara implisit mau dikatakan bahwa Yesus dan para pengikutNya tidak sesaleh Yohanes Pembaptis dan orang
Farisi.
Semua kritikan ditanggapi oleh Yesus dengan berkata, “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Tanggapan ini tampaknya ingin mengatakan bahwa sama seperti mereka tidak akan berpuasa ketika menjadi tuan rumah dalam perayaan pernikahan, demikian juga para murid Yesus tidak akan berpuasa ketika Dia mewartakan Kerajaan Allah.
Pada saatnya, murid-murid Yesus akan berpuasa, yakni pada waktu penyaliban dan kematian-Nya. Jadi para murid tidak perlu berpuasa selagi ada bersama Yesus. Tujuan orang berpuasa ialah agar mereka dapat mendekatkan diri, bersatu dengan Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 5 Juli 2024, "Tiga Cara Melaksanakan Perubahan Positif"
Jika seseorang sudah bersatu dengan Yesus maka dia tidak perlu lagi berpuasa. Jawaban Yesus tadi menyiratkan bahwa puasa para murid Yesus itu berbeda dengan yang lain. Maknanya jauh lebih dalam dan lebih luas; saatnya
pun tidak sama dengan jadwal orang Farisi.