Nilai-nilai dari pengalaman itu dapat diceritakan untuk menjadi pengetahuan bagi orang yang belum berpengalaman agar orang yang belum berpengalaman dapat belajar untuk semakin menjadi bijak (ayat 4).
Lewat teks bacaan ini, Salomo bin Daud, mengundang pembaca ataupun pendengar untuk tidak berhenti mencari hikmat. Bagi pencari hikmat, Salomo mengingatkan jangan lupa kepada Sang Maha hikmat, yaitu Tuhan. Hikmat yang didapat dan dimiliki harus didasarkan kepada rasa takut akan Tuhan. Rasa takut akan Tuhan menjadi energi yang mendasari kita memiliki hikmat.
Rasa takut akan Tuhan membingkai manusia dalam berpikir, bersikap, serta bertindak. Dengan takut akan Tuhan, maka hikmat yang kita miliki bukan lagi hikmat manusia melainkan hikmat Tuhan. Hikmat dari Tuhan memampukan kita untuk memiliki pengetahuan dan berpengertian tetapi tidak menjadi sombong, merendahkan orang lain, atau menggunakan bagi kepentingan diri sendiri.
Lewat teks bacaan ini, Salomo juga mengingatkan orang – orang bijak tentang keunggulan memilih takut akan Tuhan sabagai dasar dalam berhikmat, antara lain: 1) Menolong kita untuk selalu rendah hati dalam menerima pedidikan karena fungsi pendidikan dapat menjadikan kita pandai (ayat 3).
2) Menolong kita untuk selalu hidup dalam kebenaran, keadilan serta kejujuran (ayat 3).
3) Menjadi pengalaman cerdas bagi orang yang tidak/belum berpengalaman (ayat4).
4) Hikmat mampu membuat orang yang mendengar menjadi bijak sehingga mampu membuat pertimbangan (ayat 5).
5) Hikmat menolong orang untuk mengerti pengetahuan seperti teka-teki, mengerti amsal, ibarat, perkataan orang bijak (ayat 6).
Dalam teks bacaan ini, Salomo melihat Iman dan hikmat saling berkaitan. Salomo menenukannya lewat keterhubungan antara rasa takut akan Tuhan dengan pengetahuan. Menurut Salomo rasa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (ayat 7).
Takut akan Tuhan dilihat oleh Salomo sebagai dasar hikmat. Lewat pilihan takut akan Tuhan, manusia diberikan ruang yang luas untuk memiliki pengetahuan dan mengambangkan diri serta memiliki masa depan yang lebih baik.
Itu berarti, di luar Tuhan manusia hanya dapat berdampak buruk bagi kehidupan. Jika rasa takut akan Tuhan menjadi dasar pengetahuan, dapat dimengerti bahwa memperoleh hikmat bukanlah diawali dengan kemampuan berkata bijak melainkan diawali dengan kesediaan manusia untuk memilih hidup di dalam rasa takut akan Tuhan. Di dalam iman, hikmat ialah suatu anugerah pengetahuan ilahi bagi orang-orang yang takut akan Tuhan.
Dalam pilihan takut akan Tuhan, manusia akan belajar serta mengalami hidup bijak, jujur, adil, dan benar. Dalam pilihan takut akan Tuhan, manusia akan mengerti cara kerja Tuhan baik dalam diri manusia maupun dalam alam semesta. Oleh karena itu, Salomo mengundang kita untuk mengawali pilihan berhikmat dalam rasa takut akan Tuhan. Salomo juga mengundang kita untuk tidak menjadi orang bodoh yang menolak hikmat dan didikan (ayat 7).
Dari penjelasan teks di atas, ada beberapa catatan refleksi iman yang dapat disampaikan, antara lain:
Pertama, Bagi pencari hikmat, Salomo mengingatkan jangan lupa kepada Sang Maha hikmat, yaitu Tuhan. Kita akan memiliki kehidupan yang benar, adil, jujur, salama kita mau hidup dalam rasa takut akan Tuhan. Rasa takut akan Tuhan mesti menjadi pegangan iman kita di dalam menjalani kehidupan.
Kita percaya bahwa memiliki rasa takut akan Tuhan dapat menjadi energi positif yang menghantar kehidupan kita menjadi lebih baik. Nilai dari rasa takut akan Tuhan ialah kesediaan kita untuk mendengar, menerima, dan melakukan FirmanNya. Firman Tuhan menolong kita untuk selalu hidup dalam kebenaran, keadilan serta kejujuran.