Tidak ada tempat untuk meletakan kepalaNya. Sebuah ironis yang dibayangkan oleh ahli Taurat itu. Maka pasti dia tak sanggup untuk mengikuti Yesus. Begitu juga dengan seorang lain yang juga mau mengikuti Yesus: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Tapi jawab Yesus: “Ikutilah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”
Bagi Yesus, permintaan orang itu untuk mengikuti Yesus masih diliputi keraguan atas kelekatan emosional dengan keluarga, dan Yesus menjawabnya dengan satu ungkapan untuk tidak terlalu terikat dengan ikatan emosional dalam keluarga tapi tinggalkan ikatan itu dan mengikutiNya. Bagi orang itu, menghormati bapanya untuk terakhir kali adalah juga sebuah tindakan amal yang baik bagi seorang anak terhadap orangtuanyaa.
Namun bagi Yesus, ikatan inilah yang bisa menghalanginya dalam mengikutiNya. Begitu jugalah dengan kita. Kita kadang atau bahkan sering mencari alasan lain sebelum mengikutiNya bahkan hanya untuk ikut ibadat atau misa pun kita masih punya segudang alasan sebelum melakukannya sebagai tanda kita mau mengikutiNya. Maka marilah kita belajar untuk tetap setia kepada Tuhan dalam situasi apapun juga.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama:setiap kita pasti telah dipanggil Tuhan sebagai pengikutNya dalam tugas dan panggilan kita masing-masing.
Kedua, mengikuti Tuhan selalu juga identik dengan memberi diri bagi Tuhan.
Ketiga, maka jika kita tak sanggup untuk memberi diri secara utuh dan masih berkutan dengan kelekatan-kelekatan diri maka kita belum layak untuk mengikutiNya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS