Oleh: Gabriel Chanfarry Hadylaw
Founder of Inner Tunnel Communities through beyond Wisdom
Manusia mempunyai berbagai pengalaman sukses dan gagal dalam mengelola rasa takut ketika seseorang mengalami kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan.
Manusia bisa saja pernah gagal dalam mengelola berbagai kesulitan baik yang kecil maupun besar dalam kehidupan.
Peter Marshall mengatakan, "Saat kita merindukan hidup tanpa kesulitan, ingatkan kita bahwa pohon ek tumbuh kuat di tengah angin yang berlawanan dan berlian dibuat di bawah tekanan."
Ada tiga cara untuk manusia dapat mengatasi rasa takut dalam menghadapi berbagai kesulitan yang bisa diantisipasi maupun tidak bisa.
Pertama. Manusia dapat belajar untuk mau mengubah pola pikir dalam menghadapi kesulitan.
Manusia dapat saja memilih untuk menghindari kesulitan namun seseorang perlu menambah pengalaman hidup untuk mau menghadapi kesulitan yang kecil atau besar.
Kedua. Manusia mau memilih satu kesulitan dan seseorang menyelesaikannya sampai tuntas dengan sepenuh hati.
Manusia jangan merasa khawatir dulu apakah akan sukses atau gagal dalam menghadapi kesulitan. Seseorang mau berani dan siap menghadapi kesulitan.
Ketiga. Manusia mau fokus akan hal yang bisa dikontrol ketika seseorang siap menghadapi berbagai kesulitan.
Manusia mau fokus pada tindakan-tindakan yang kongkrit dalam mengatasi kesulitan untuk dapat mencapai tujuan.
Tuhan ingin manusia mau tetap do the best ketika menghadapi kesulitan.
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Tuhan Yesuspun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu, "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Manusia mau membangun sikap percaya kepada Tuhan Yesus ketika mengalami berbagai kesulitan.