Tokoh NTT

Profil Tokoh NTT, Prof Maxs Sanam: Tindakan Cepat dan Tepat Atasi Penyakit Hewan

Penulis: Alfred Dama
Editor: Alfred Dama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc

POS KUPANG.COM -- Tokoh NTT , Maxs Sanam atau nama lengkap Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Mikrobiologi dan Parasitologi pada Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) meruakan guru besar pertma dalam ilmu kesehatan hewan di Universita Nusa Cendana (Undana) Kupang .

Dalam orasi ilmua pengukuhan guru besar, Prof. Maxs Sanam dalam orasinya menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Peran Mikrobiologi Veteriner dalam Pencegahan, Penanganan, dan Pengendalian Penyakit Emerging pada Hewan di Indonesia.”

Seperti di kutip dari laam Undana, Ia mengungkapkan sejumlah penyebab penyakit emerging zoonotic penyebabnya seperti virus, bakteri atau parasit, menunjukkan, adanya beberapa penyakit viral emerging mulai dari Avian influenza , Chikunguya , Crimean-Congo haemorrhagis fever, Dengue, Ebola virus disease, Hantavirus , Hand, foot and mouth disease, Japanese encephalitis, Nipah virus, Novel human coronavirus, Rabies, Rift Valley fever, Viral hepatitis.

Di Indonesia, sebut Prof Maxs penyakit-penyakit viral emerging yakni Covid-19 , African swine fever (ASF), Penyakit mulut dan kuku (PMK) dan Lumpy skin disease (LSD).

Oleh karena itu, menurutnya, strategi serta tindakan yang cepat dan tepat sangatlah penting untuk mengendalikan efek langsung dan tidak langsung penyakit: dari dampak merugikan yang nyata pada kesehatan hewan dan manusia dan implikasi ekonomi yang lebih luas dalam hal pendapatan yang hilang dan biaya sosial yang meningkat akibat wabah penyakit.

Ia mengemukakan bahwa wabah penyakit telah menyebabkan pemusnahan ratusan juta hewan dan mengeluarkan biaya ratusan miliar dolar.

“Virus flu burung diperkirakan menyebabkan pemusnahan 200 juta ekor unggas di Asia saja, kerugian lebih dari 10 miliar dolar AS,” ujarnya.

Di Indonesia, virus PMK yang kembali mewabah pada tahun 2022, kerugian ditaksir mencapai 9,9 triliun rupiah per tahun (Tempo.co, 2022). Virus African swine fever (ASF) yang menyerang ternak babi di tahun 2020 diperkirakan timbulkan kerugian 7,6 triliun rupiah (Agrofarm, 2019).

Menurut Prof. Maxs, dengan tren perkembangan manusia, globalisasi dan perubahan iklim saat ini meningkatkan kemungkinan wabah penyakit emerging dan re-emerging. Langkah-langkah pengawasan, pencegahan dan pengendalian ketat diperlukan untuk mencegah krisis di masa depan.

Lebih lanjut papar Prof. Maxs, mikrobiologi veteriner memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging pada hewan.

Beberapa peran tersebut diantaranya mikrobiologi veteriner dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging pada hewan, yang dipaparkan Prof. Maxs antara lain: (1) Identifikasi patogen penyebab penyakit, (2) Pengembangan vaksin, (3) Monitoring keamanan pangan, (4) Pengendalian dan Eradikasi penyakit, dan (5) Penelitian dan pengembangan.

Dalam kesimpulannya, Prof. Maxs mengemukakan bahwa pengetahuan tentang mikrobiologi veteriner sangat penting dalam upaya pencegahan, penanganan, dan pengendalian penyakit emerging pada hewan di Indonesia.

Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan hewan, tetapi juga pada kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya peran aktif dari semua pihak terkait dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya mikrobiologi veteriner.

Selain itu, pengembangan teknologi dan inovasi di bidang mikrobiologi veteriner juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi kelemahan dalam penanganan penyakit emerging pada hewan di Indonesia.

Dalam hal ini, kolaborasi antara institusi pendidikan, industri, dan pemerintah menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan teknologi dan inovasi.

Halaman
123

Berita Terkini