Matanya tertuju pada pintu keluar bus Bagong. Bibir gadis di hadapan penulis perlahan retak. Tangisnya kemudian pecah ketika menatap seorang ibu yang turun dari mobil. Sorot matanya sayu.
Gadis itu menjulurkan tangannya ke depan memeluk ibu itu. Tanpa kata, tangis ibu paruh baya itu pecah. Ia memeluk gadis ini erat. Getar suara gadis ini masygul terdengar parau. Tak ada pilu sedalam tangis yang ditemukan penulis pada siang hari itu.
Gadis ini bernama Angelina Da Costa. Sedangkan ibu paruh baya itu bernama Maria Immaculata Da Costa. Angelina adalah ponakan dari Maria Immaculata Da Costa. Ayah dari Angelina bertugas di Kabupaten TTU sejak Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia.
Sejak pandemi Covid-19 melanda wilayah kedua negara pada akhir tahun 2020 lalu, Maria baru pertama kali berkunjung ke Kabupaten TTU tempat saudaranya berdomisili. Selama ini mereka hanya melepas rindu lewat gawai.
Testimoni Warga Negara Republik Indonesia dan Negara Demokratik Timor Leste tentang Trayek Bus Kupang-Dili
Maria Immaculata Da Costa berdomisili di Kota Dili. Ibu 3 anak ini pertama kali menerima informasi perihal trayek bus Kupang-Dili ketika ponakannya Angelina berkunjung ke Timor Leste pada Bulan Desember 2023 lalu.
Kali ini merupakan momentum pertama kali Maria berkunjung ke Kabupaten TTU pasca Pandemi Covid-19. Ada banyak perubahan yang diamati Maria.
Dengan kondisi mata yang masih sembab, Maria mengisahkan, dirinya dan saudara kandungnya, Fransisco Da Costa berpisah sejak Negara Timor Leste memisahkan diri dari Negara Indonesia.
Kala itu, saudaranya yang telah menjadi seorang ASN ditugaskan di Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU, Provinsi NTT, Indonesia. Sedangkan dirinya harus mengikuti suaminya bertugas di negara Timor Leste.
Sejak pertama kali berpisah, mereka hanya berkomunikasi lewat surat. Seiring berjalannya waktu mereka mulai berkomunikasi via sambungan telepon.
Sebelumnya, Maria jarang berkunjung ke Kabupaten TTU. Hal ini disebabkan oleh biaya transportasi yang terbilang mahal. Pasalnya, sebelumnya diresmikan Trayek Bus Kupang-Dili, mereka harus menumpang kendaraan dari Dili menuju ke Portal Perbatasan RI-RDTL di Motaain. Setelah itu berganti kendaraan dari Motaain ke Kota Kefamenanu.
Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Hal ini menyebabkan mereka seringkali hanya bertemu melepas rindu di portal perbatasan RI-RDTL Motaain.
Keluarga dari Fransisco dan Maria hanya bersua di Portal Perbatasan untuk meminimalisir biaya. Tangis haru meledak di portal perbatasan. Melepas rindu di portal perbatasan seperti tradisi yang dijalani keluarga ini setiap tahun menjelang hari raya keagamaan. Kali ini Maria mengunjungi keluarganya di Kabupaten TTU sekaligus merayakan hari raya Paskah 2024.
Maria menuturkan, harga tiket bus dari Dili ke Kupang yakni 30 dolar. Jika dikonversikan ke dalam mata uang rupiah sebesar Rp. 450.000.
Harga ini masih terbilang murah. Selain itu, fasilitas yang disediakan di jasa pengangkutan sangat memadai. Trayek Bus Kupang-Dili merupakan harapan baru bagi mereka untuk membangun konektivitas dan merawat hubungan kekeluargaan dengan baik.