Oleh: Gabriel Chanfarry Hadylaw
Manusia umumnya mempunyai pengalaman kesuksesan atau kegagalan yang bisa kecil sampai besar.
Manusia kini mempunyai kecendrungan ingin mendapatkan hasil (result) yang lebih cepat supaya terlihat cepat sukses.
Manusia semakin menyadari tren kegagalan bisa semakin tinggi di berbagai aktivitas dengan banyaknya perubahan di lingkungan.
Salah satu perubahan lingkungan yang terbesar adalah disrupsi teknologi seperti artificial intelligience yang masuk ke semua aspek kehidupan.
Ada tiga cara manusia tetap mau fokus pada proses dalam mencapai tujuan.
Pertama. Manusia mau belajar tetap tenang supaya pikiran tetap bisa jernih dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan.
Manusia bisa melakukan cara sederhana dahulu seperti mau menghentikan (stop) untuk memikirkan kegagalan dan kesulitan.
Manusia dapat belajar relax dengan menarik napas dalam-dalam, menahan nafas sejenak, lalu mengeluarkannya secara pelan-pelan.
Kedua. Manusia mau belajar untuk fokus mencari solusi dibandingkan terus memikirkan masalah atau kesulitan.
Manusia mau fokus pada penyelesaian masalah sehingga seseorang dapat mendapatkan solusi langsung atau solusi yang bertahap.
Ketiga. Manusia mau mencatat ide yang kecil sampai besar atas solusi yang bisa dengan normal atau secara out the box.
Manusia mau melihat ide yang muncul yang dikaitkan dengan potensi berhasilnya.
Tuhan ingin manusia mau tetap melakukan proses dalam setiap kegiatan untuk melaksanakan KehendakNya.
Tuhan Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?".