Berita Jakarta

Masjid Lautze di Jakarta Surganya Warga Etnis Tionghoa Indonesia yang Memeluk Islam

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Lautze di antara pertokoan di Sawah Besar, Jakarta Pusat.

“Narasi anti-Tiongkok masih sangat hidup dan tersembunyi dan dapat digunakan untuk tujuan mobilisasi politik kapan pun keadaan politik mendukungnya,” Charlotte Setijadi, asisten profesor humaniora di Singapore Management University yang telah meneliti politik identitas Tionghoa-Indonesia, kepada Al Jazeera pada tahun 2023.

Hal ini membuat bangunan menonjol di Jalan Lautze ini semakin luar biasa, terutama saat hari libur seperti Ramadhan, saat lebih banyak orang berkunjung. Tahun ini di Indonesia, Ramadhan dimulai pada malam tanggal 11 Maret dan akan berakhir saat matahari terbenam pada tanggal 9 April.

Sejak didirikan, Masjid Lautze telah menjadi pusat bagi warga Tionghoa non-Muslim yang ingin belajar lebih banyak tentang Islam dari sesama etnis Tionghoa. Masjid ini mengadakan pertemuan mingguan di mana umat Islam baru dapat belajar bagaimana berwudhu dan shalat serta mempelajari Al-Quran.

Haji Muhammad Ali Karim Oei, putra Karim Oei dan kini ketua yayasan yang mengelola Masjid Lautze, mengatakan organisasi tersebut telah membangun masjid di Bandung dan tempat lain, serta di Jakarta, dan membantu lebih dari 1.800 warga etnis Tionghoa berpindah agama. kepada Islam.

“Semua masjid kami terletak di dekat komunitas Tionghoa atau Chinatown,” katanya. “Seperti kata pepatah, ‘Seseorang hanya dapat menangkap anak harimau dengan memasuki sarang harimau.’”

Masjid di Bandung, kota di Jawa Barat ini dibangun pada tahun 1997. Masjid ini juga menampilkan arsitektur bergaya China.

Awal pekan ini, Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin melaksanakan salat Tarawih di Masjid Lautze 2.

Naga mengatakan sebagian besar non-Muslim yang datang ke Masjid Lautze Jakarta adalah pekerja perusahaan yang berencana menikahi perempuan Muslim.

Pengkhotbah Islam tersebut mengatakan bahwa banyak orang Tionghoa non-Muslim yang penasaran tentang bagaimana mereka dapat mempertahankan praktik budaya Tionghoa jika mereka berpindah agama.

“Kami berbagi tips praktis bagaimana mencegah terjadinya perselisihan antar anggota keluarga karena perbedaan keyakinan agama,” kata Naga.

Eko Tan, 67, seorang mualaf yang tinggal di Jakarta dan sering salat di Masjid Lautze, mengaku tumbuh sebagai seorang atheis. Islam menariknya pada apa yang menurutnya merupakan pendekatan logis terhadap iman.

Saat wawancara dengan VOA Indonesia, Eko, yang memiliki gelar sarjana psikologi, mengatakan kepada VOA Indonesia bahwa Masjid Lautze berafiliasi dengan organisasi Islam Muhammadiyah, “yang ajarannya menarik logika saya. Bagi saya, Alquran seperti buku tentang psikologi terapan.”

Muhammadiyah yang didirikan pada tahun 1912 merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia.

Eko, seorang juru parkir, mengatakan sebagian besar masjid di Jakarta tidak memberikan pendampingan atau pelatihan bagi mualaf.

Dia menambahkan, dia menemukan kenyamanan menjadi bagian dari komunitas Muslim Tionghoa di Masjid Lautze.

Selama bulan Ramadhan, para mualaf dapat mengikuti khutbah singkat sebelum berbuka puasa di masjid dan dianjurkan untuk bergantian memimpin jamaah shalat Tarawih setiap malamnya.

“Hal ini dimaksudkan untuk melatih para laki-laki agar lebih percaya diri dalam memimpin salat berjamaah bersama keluarganya,” kata Naga.

(voanews.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini