Karena tidak semua orang tahu, maka semua hal tentang PRB API ditulis di dalam buku saku supaya pemerintah desa juga bisa mengenal PRB API dan proses regulasi penganggarannya seperti apa. Andris menyebutkan proses advokasi siklus penganggaran PRB API ke dalam nomenklatur pemerintah memang cukup ketat hingga akhirnya terbit buku saku.
“Waktu kita presentasi di Sorong, kemudian buku saku itu dipresentasikan di tingkat nasional dan jadi pegangan secara nasional. BNPB juga menganggap ini satu hal yang baik. Mereka juga minta cetakan-cetakannya disebarkan di provinsi dan kabupaten yang lain, mereka harapnya demikian,” kata Andris.
Baca juga: Polres Lembata Ringkus Satu Pelaku Penganiayaan di Desa Labala
Sosok kepemimpinan Andris Koban yang baik memang banyak diakui anggota forum lainnya. Mereka percaya eksistensi forum sampai saat ini tidak lepas dari bagaimana cara Andris menempatkan diri dan merangkul semua kalangan yang tergabung di dalam forum.
Andri Atagoran, salah satu anggota FPRB, menilai Andris Koban memang dikenal low profile dan tidak ingin kualitas pribadinya terlalu banyak diekspose. Ini tentu berbeda dengan para pemimpin lainnya yang suka tampil dan dipublikasikan.
Kelebihan lain yang dimilikinya adalah soal ketangguhan menghadapi dinamika di dalam forum kebencanaan. Dia mampu bertahan di dalam kesulitan dan tidak cepat putus asa ketika kritikan pedas dialamatkan kepadanya.
Bagi jurnalis TVRI ini, kemampuan bertahan di dalam dinamika forum ini merupakan buah dari keterlibatan Andris pada banyak organisasi sejak kuliah sampai sekarang.
Sebenarnya, di balik banyak kerja Forum PRB, terselip ide-ide dan karya-karya seorang Andris Koban. Sebagai pemimpin, dia lebih memilih menempati posisi di balik layar, tetapi pengorbanan dan totalitasnya selalu bisa memancar melalui hasil kerja Forum PRB Kabupaten Lembata. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS