Salah satunya menyediakan laboratorium khusus agar rumput laut dapat diolah agar mempunyai nilai mutu yang tinggi.
Tidaklah susah, seyogyanya Rote Ndao sudah wajib punya laboratorium khusus untuk tahu bagaimana kualitas rumput laut ini bisa ditingkatkan.
Apalagi semisal timbul keluhan soal hama lumut yang terjadi belakangan. Bagi Deni, itulah yang harus diriset sehingga dapat diketahui apa penyebabnya.
Hal yang sebetulnya dianggap remeh temeh, akan tetapi menerobos kendala petani rumput laut di Rote Ndao.
Baca juga: Dukung Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut, Pemprov NTT Minta Ekspornya dari Kupang
Deni sesungguhnya menginginkan hasil rumput laut dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan.
Tidak dapat dipungkiri, terobosan berdaya guna itu bisa meningkatkan harga jual dan didorong menjadi makanan khas daerah Rote Ndao.
"Harusnya ini sudah ada sentra pengolahan yang nantinya bisa bikin harganya lebih bersaing, misalnya dijadikan sabun, keripik dan lainnya yang jadi khasnya kita di Rote," tandasnya.
Menyangkut kebutuhan tali dari petani rumput laut, tentu Deni akan berkoordinasi dengan dinas teknis terkait untuk memenuhi harapan petani.
- Tahun 2023, Produksi Rumput Laut di Rote Ndao Tembus 9.914 Ton
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao mencatat, produksi rumput laut di semester 2 tahun 2023 tembus 9.914 ton dibandingkan tahun 2021 hanya 8.244 ton.
Perbandingan hasil produksi rumput laut dari tahun 2021 hingga 2023 menunjukan suhu positif, produk semakin melimpah.
Lantas, Kecamatan Rote Barat sendiri menoreh predikat terbanyak kedua produksi rumput laut setelah Kecamatan Loaholu selamat tahun 2023.
Produksi rumput laut di Kecamatan Rote Barat sebanyak 2.170 ton. Sementara Kecamatan Loaholu sebanyak 2.878 ton. Total petani rumput laut di Kabupaten Rote Ndao berjumlah 4.659 orang.
Merujuk pada data peningkatan produksi rumput laut tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Rote Ndao, Jusup B. Messakh menyebut, pihaknya akan mengubah trend cara budidaya rumput laut yang lebih modern.
Para petani rumput laut diminta menggantikan pelampung dari botol plastik berahli ke batok kelapa.
"Kami dari Dinas Kelautan dan Perikanan berusaha ke depan agar budidaya rumput tidak menggunakan botol-botol plastik lagi," kata Jusup kepada POS-KUPANG.COM, Minggu, 7 Januari 2024.
Apalagi Yusup melihat di Nemberala punya banyak kelapa. Tentu menjadi modal yang sangat bagus.
Rekomendasi baik ini bukan tak punya dasar. Setuju atau tidak setuju, Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP telah memberi contoh pelampung rumput laut dari batok kelapa di Wakatobi.
Kurang lebih 50 hektar budidaya rumput laut di Wakatobi sudah menggunakan pelampung rumput laut dari batok kelapa.
Dijelaskan Jusup, tahun ini (2024), Kabupaten Rote Ndao mendapat bantuan dari KKP untuk mengubah cara budidaya rumput laut yang dimaksud tersebut. Anggarannya, kurang lebih 10 sampai 15 Miliar.
"Kami sudah melakukan diskusi dari Kementerian dan tahun ini mereka akan melaksanakannya di Pulau Rote," tutur Jusup.
Yusup juga meminta para Camat, Kepala Desa dan masyarakat pesisir untuk selalu menjaga laut sehingga terlihat elok dan indah.
"Saya lihat, pemandangan laut sudah bagus, hanya cara pemasangan tali dan patok untuk rumput laut yang masih kurang tepat," pungkas Jusup.
Dia mengimbau para petani rumput laut untuk memperhatikan hal itu. Disebut Jusup, selain budidaya rumput laut untuk mendapatkan uang, namun harus dibarengi pelestarian dengan mengedepankan nilai estetika pantai.
Bukan soal tatanan keindahan pantai semata, menurut Jusup, tidak zaman lagi pakai botol plastik jadi pelampung.
Tentu punya alasan, jika terjadi badai, botol pelampung tersebut akan terlepas dari tali dan mencemari pantai.
Baca juga: Ketum Kadin NTT Bawa Investor Hong Kong ke Lembata, Bupati Buka Pintu Investasi Rumput Laut
Menjadi hal yang lazim, budidaya rumput laut itu sesuatu yang sangat mudah dibandingkan petani di darat yang mempunyai usaha kebun dan sawah.
Yang dikatakan Jusup, budidaya rumput laut itu tak perlu pagar dan tidak perlu juga cabut rumput.
Pada prinsipnya, dia menegaskan, eksistensi keindahan pantai di Rote tercermin pada Pantai Nemberala.
Yang diakui Jusup, sering orang bilang, kalau datang di Rote dan belum injakan kaki di Nemberala, rasanya belum ada di Rote. Nah slogan ini yang bagi Jusup, perlu jaga.
"Tuhan Yesus punya murid itu banyak nelayan. Artinya melaut itu menjanjikan. Mari kita sama-sama jaga keindahan laut kita," tutur Jusup.
Menekankan tentang keindahan pantai, Jusup juga memberi solusi terang terkait kebutuhan petani rumput laut.
Tentu tahun ini lewat bantuan KKP RI, pihak dinas juga akan memberikan bantuan tali kepada petani rumput laut. (rio)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS