Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mutiara Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Kemarau panjang sebagai dampak El Nino masih terus berlanjut hingga tahun 2024. Fenomena ini mengancam para petani termasuk para petani di Kabupaten Sumba Timur. Mereka terancam gagal tanam.
Menyikapi dampak El Nino, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur melalui Dinas Pertanian dan Pangan melakukan berbagai upaya taktis.
Pihak Distan dan Pangan sudah melakukan rapat bersama semua stakeholder untuk menghadapi perubahan iklim El Nino yang menyebabkan kekeringan ekstrem hingga berdampak terganggunya musim tanam dan ketersediaan pangan.
Kepada POS-KUPANG.COM, Selasa 2 Januari 2024, Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur, Nicolas Pandarangga mengatakan, dalam rapat evaluasi bersama, Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing meminta kepada semua stakeholder untuk melakukan berbagai tindakan antisipasi seperti pemetaan secara riil permasalahan El Nino.
"Fokus pemetaan masalah kekeringan di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan memanfaatkan brigade alsintan mesin pompa air, terutama sentra-sentra produksi pangan agar terus berproses produksi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana irigasi/waduk dan sejenis secara optimal dengan cara perluasan areal tanam dan meningkatkan produksi," jelas Nicolas.
Baca juga: Pemkab Sumba Timur Laksanakan Gerakan Pangan Murah Jelang Akhir Tahun
Pihaknya menambahkan, hasil rapat teknis dengan kepala BP3K, ketua KTNA tingkat Kabupaten, Kecamatan serta Penyuluh antara lain melakukan pendampingan kepada kelompok tani secara intensif, menyeluruh dan berkelanjutan. Juga melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif dengan instansi teknis tingkat Provinsi maupun Pusat seperti Kementerian, Badan Pangan Nasional, Kementerian PUPR, Kementerian Sosial dan lainnya.
“Tindakan yang kita laksanakan itu untuk memberikan solusi dan strategi menghadapi ancaman perubahan iklim ekstrem di Sumba Timur yang berkaitan dengan El Nino,” paparnya.
Upaya tersebut merupakan langkah utama melindungi sektor pertanian dan meminimalisir dampak yang mungkin terjadi terhadap produksi dan produktivitas komoditi pertanian.
“Memang dalam beberapa tahun terakhir ini dampak El Nino sangat dirasakan di berbagai wilayah, termasuk di Sumba Timur,” ujarnya.
Pihaknya berharap langkah ini dapat membantu serta mengurangi risiko dampak El Nino terhadap sektor pertanian. Pihaknya mengajak petani dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan sektor pertanian dan hortikultura.
Tentang El Nino
Dalam buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino dan Musim di Indonesia yang disusun BMKG, istilah El Nino berasal dari bahasa Spanyol. El Nino artinya Anak Laki-laki.
Istilah El Nino awalnya digunakan untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan, yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang Natal. Kondisi yang muncul berabad-abad lalu itu dinamakan El Nino de Navidad oleh para nelayan Peru, yang disamakan dengan nama Kristus yang baru lahir.
Menghangatnya perairan di Amerika Selatan itu ternyata berkaitan dengan anomali pemanasan lautan yang lebih luas di Samudera Pasifik bagian timur. Bahkan dapat mencapai garis batas penanggalan internasional di Pasifik tengah.
Dalam kondisi yang berbeda, terjadi anomali pendinginan lautan di Samudera Pasifik bagian timur dan tengah, yang berkebalikan dengan El Nino. Sehingga dinamai La Nina. Dalam Bahasa Spanyol artinya Si Gadis.
Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat mengartikan El Nino sebagai fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Sedangkan La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Ketika La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
Penyebab El Nino dan La Nina
El Nino dan La Nina terjadi akibat interaksi antara permukaan laut dan atmosfer di Pasifik tropis. Perubahan suhu muka laut di wilayah ini mempengaruhi atmosfer di atasnya.
Perubahan atmosfer juga mempengaruhi perubahan suhu dan arus laut melalui mekanisme umpan balik (feedback) atmosfer-laut. Sistem interaksi atmosfer-laut ini berosilasi antara kondisi hangat (El Nino) ke netral atau dingin (La Nina) rata-rata memiliki siklus setiap 3-4 tahun, dan mempengaruhi pola iklim di seluruh dunia setiap 3-4 tahun.
El Nino dan La Nina rata-rata terjadi setiap 3 sampai 5 tahun. Namun, dalam catatan sejarah interval antarperistiwa bervariasi dari 2 hingga 7 tahun.
El Nino dan La Nina biasanya berlangsung sekitar 9-12 bulan. Namun, beberapa kejadian La Nina dan El Nino bisa berlangsung lebih lama tergantung intensitasnya.
Dampak El Nino dan La Nina di Indonesia
El Nino meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah, dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Sementara La Nina mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah, dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Prediksi El Nino dan La Nina yang akurat akan berguna dalam peringatan dini, dan antisipasi terjadinya iklim ekstrem yang berasosiasi dengan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan.
Prediksi itu juga dapat membantu untuk mengurangi kerugian dan biaya yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari La Nina dan El Nino.
Prediksi awal terjadinya La Nina dan El Nino ini bermanfaat dalam membantu perencanaan dan pengelolaan berbagai sektor seperti sumber daya air, energi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan serta menghindari atau mengurangi potensi kerugian yang lebih besar. *
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS