POS-KUPANG.COM, Kupang - Persoalan stunting atau gangguan pertumbuh-kembangan anak masih menjadi salah satu persoalan krusial di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berdasarkan laporan Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT Ruth D Laiskodat, prosentasi anak stunting di NTT mencapai 15,7 persen atau 67.538 anak pada periode Februari 2023.
Prosentasi itu dihitung berdasarkan pengukuran aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
Sementara berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tentang prevalensi stunting tahun 2022 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), NTT menduduki posisi pertama anak stunting se Indonesia dengan angka 35,5 persen.
Baca juga: Tanoto Fundation Sebut Media Massa Punya Peran Atasi Stunting di NTT
Dalam rangka membantu penanganan persoalan stunting yang dialami sejumlah anak di Kota Kupang, Polda NTT mengambil peran untuk menjadi orang tua asuh anak atau Balita stunting.
Pendekatan program orang tua asuh yang dilakukan Polda NTT itu dengan memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak anak.
Kabidhumas Polda NTT, Kombes Pol. Ariasandy, SIK menjelaskan anak-anak asuh menerima tiga kali pemberian makanan, yakni pagi, siang, dan malam. Bukan hanya itu, mereka juga mendapatkan susu kotak secara berkala untuk memastikan asupan gizinya tercukupi.
Tindakan peduli dari SPN Polda NTT ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kondisi gizi anak-anak yang mengalami stunting.
Ia mengatakan, dalam pelaksanaannya, program orang tua asuh dijalankan dengan merawat dan memberikan perhatian khusus kepada anak-anak tersebut.
Baca juga: Kebiasaan Merokok Sumbang Stunting di Manggarai Barat
Anak-anak yang menjadi bagian dari program ini antara lain Alea Tea, yang mendapatkan perhatian dari Penda Dintje Diana Adoe, Aziel Ibrahim yang diasuh oleh Bripka Yafet Ratu, Ken Putra Lakatal yang dirawat oleh Aipda Ogi Rihi Pake, Grazenia Taopan yang mendapat perhatian dari Briptu Brenda Prisilia Sulu, dan Daniel Liu yang dibina oleh Bripka Ester Popa Malingara.
Kombes Pol. Ariasandymengatakan bahwa pemberian makanan ini dilakukan setiap hari dan diantar langsung ke rumah-rumah anak-anak stunting.
“Makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak ini, dan upaya ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perkembangan mereka,” ungkap Kombes Pol Ariasandy.
Dengan memastikan asupan gizi yang cukup, program ini berperan penting dalam membantu anak-anak tersebut untuk tumbuh dan berkembang secara sehat.
Adapun keseriusan Kepala SPN Polda NTT Kombes Pol. Nanang Putu Wardianto dan para orang tua asuh ini adalah contoh nyata tentang bagaimana kolaborasi dalam komunitas dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang memerlukan perhatian khusus.
Baksos Stunting dari DWP NTT
Sementara itu, Dharma Wanita Persatuan atau DWP NTT menggelar bakti sosial (baksos) untuk mengatasi stunting di Kota Kupang.
Baksos stunting tersebut dilaksanakan dalam rangka hari ulang tahun (HUT) ke 24 yang akan dirayakan pada 7 Desember 2023 mendatang.
Baksos DWP NTT yang berlangsung Kali pada Kamis (9/11/2023) menyasar empat posyandu dan TPA Alak, Kota Kupang.
Ketua DWP NTT Arie Ondok Lana mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kegitan rutin yang dilaksanakan setiap tahun.
"Terkait stunting ini juga menjadi program strategisnya DWP. Ketika pemerintah mengeluarkan program itu, DWP pun langsung mengambil langkah secara bersama-sama untuk bisa mencegah stunting," kata ketua DWP NTT Arie Ondok di posyandu angrek di Kelurahan Airnona.
Dalam informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT, kata dia, angka stunting terus menurun sejak tahun 2018 hingga kini. Dalam pengurangan angka stunting ini, menurutnya, DWP NTT juga punya kontribusi meski kecil.
Arie Ondok mengklaim kegiatan yang dijalankan itu memang dilakukan atas dasar kepedulian, di samping pelaksanaan program kerja. Baginya ke depan agenda ini akan terus dilaksanakan hingga stunting tuntas.
"Kegiatan ini sebetulnya bukan hanya hari ini. Sudah lama, sejak stunting ini ada, DWP juga menyambut dan penuh tanggungjawab untuk sama-sama mengatasi ini," ujarnya.
Menurut dia, setelah menangani stunting, DWP NTT akan berkontribusi pada sektor lain yang menjadi persoalan di NTT. DWP, sebut dia, tetep berkomitmen untuk membantu penanganan anak dan bayi yang ada sekalipun stunting telah tiada.
Untuk para ibu-ibu, Arie Ondok mengingatkan agar tetap memberi perhatian bagi anak-anaknya. Ibu-ibu pekerja, agar bisa lebih memperhatikan pada sisi makanan instan.
"Kurangi makanan jadi kepada anak. Karena itu menyumbang stunting, kemampuan anak menurun. Di usia emas yang 1000 hari pertama itu, sukanya memberikan makanan jadi. Itu tidak boleh," kata Arie Ondok, yang juga istri dari Sekda NTT, Cosmas D. Lana.
Dia beralasan pemberian makanan instan secara rutin akan menghambat pertumbuhan anak. Sehingga, bagi ibu-ibu ataupun orang tua mesti punya perhatian lebih pada usia seperti demikian.
Ke depan, DWP NTT juga akan memfokuskan agenda kegiatan pada edukasi sejalan dengan presentasi angka stunting yang menurun. Edukasi itu akan dilakukan lewat media massa maupun pertemuan langsung dengan sasaran.
Ketua Panitia pelaksana Febby Adoe menyebut, sejumlah bahan makanan yang dibawa oleh DWP merupakan hasil kontribusi dari DWP tiap OPD di Pemprov NTT. Febby Adoe mengaku, semua OPD sangar antusias dalam kegiatan ini.
Istri dari Kepala Dinas ESDM NTT, Yusuf Adoe ini mengatakan, barang yang diberikan ke empat posyandu dan TPA Alak itu berupa beras, telur, susu dan perlengkapan mandi.
"Kami siapkan susu untuk anak stunting. Sementara di TPA Alak kami siapkan juga susu yang pada umumnya," sebut Febby Adoe. (fan/ian)
Ikuti Berita POS-KUPAN.COM Lainnya di GOOGLE NEWS