Peringatan Dini Tsunami yang Menyelamatkan
Untuk memberikan peringatan dini Tsunami, di Maumere, Kabupaten Sikka, kata Margiono, telah dipasang Sirine Tsunami BMKG. Letaknya di dekat Pelabuhan Lorens Say, depan Istana Keuskupan Maumere.
Untuk memastikan Sirine dalam keadaan baik, pada tanggal 26 setiap bulan dilakukan pengecekan.
Untuk Sirine Tsunami BMKG di Maumere, menurut Margiono, saat ini sedang dalam perbaikan.
Margiono berharap Sirine Tsunami seperti di Maumere bisa dipasang di tempat-tempat lainnya di wilayah NTT.
Selain sirine, Margiono juga mengedepankan pemberdayaan kearifan lokal untuk Peringatan Dini, misalnya dengan membuat bunyi-bunyian dan meneriakkan ungkapan tertentu dalam bahasa lokal.
Dia memberi contoh tentang kebiasaan masyarakat Kabupaten Sikka meneriakkan "Ami Noran" yang berarti kami ada pada saat terjadi gempa.
Hal yang sama juga dalam Bahasa Flores Timur dengan kalimat “Kame no’on”. Dalam bahasa Manggarai "Ata do" yang artinya ada orang banyak.
Kearifan lokal lainnya adalah perihal menyelamatkan diri dengan fokus berlari menjauhi laut tanpa melihat ke belakang untuk menghindari kutukan.
Saat merasakan guncangan gempa bumi, warga berteriak “Gempa!” dalam bahasa Sikka disebut “Edo”, dalam bahasa Flores Timur (Lamaholot) “Berero (Flores) / Belero (Adonara)”, dalam Bahasa Ende “Edoweo”, atau dalam Bahasa Pulau Koja Doi “Luduh”.
Saat air laut naik ke daratan, warga berteriak “Air Laut Naik!” dalam Bahasa Sikka “Wair Tahi Lema”, dalam Bahasa Flores Timur “Ojokgere”, dalam Bahasa Ende “Ae Mesi Nuka”.
(*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS