POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul : Hanya Satu Bapamu.
Untuk Hari Minggu Biasa XXXI Bruder Pio Hayon SVD menulis renungannya merujuk pada Bacaan I: Mal. 1: 14b-2:2b.8-10, Bacaan II: 1 Tes. 2: 7b – 9.13 dan Injil : Mat. 23: 1-12.
Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis , Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Kehadiran seorang bapak dalam keluarga adalah bagian tak terpisahkan dalam satu proses pembentukan kehidupan seorang anak manusia.
Maka tidak ada jalan lain sama sekali bahwa kita memang membutuhkan figur seorang bapak.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 4 November 2023, Gembala yang Baik Berikan Nyawa Bagi Domba-dombanya
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 4 November 2023, Tiga Cara Mau Rendah Hati Ketika Dapat Kehormatan
Di dalamnya kita bisa melihat aspek perlindungan, ketegasan, dan tanggung jawab yang disematkan kepada seorang bapak dan itu bisa terlaksana kalau kita menaruh iman di dalamnya agar kita tidak jatuh pada personifikasi diri dalam figur seorang bapak.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini kita memasuki hari Minggu biasa ke XXXI. Bacaan-bacaan suci yang disajikan kepada kita hari ini mengacu kepada kerendahan hati.
Dalam bacaan pertama, dalam kitab Maleakhi, Tuhan mengecam para imam yang bersikap angkuh dan sombong karena mereka tidak mendengarkan firman Tuhan yang telah diberikan kepada mereka.
Dan Tuhan akan mengirim kutukan kepada mereka dan mengubah semua berkat menjadi kutukan untuk mereka. Karena mereka telah menyimpang dari jalan Tuhan dan terlebih lagi mereka membuat banyak orang tergelincir karena pengajaran mereka.
Kesombongan ego para imam inilah yang membuat mereka menyimpang dari jalan Tuhan. Namun sebaliknya, Paulus dalam bacaan kedua menunjukkan kerendahan hatinya dalam pelayanan tulus kepada umat yang dilayaninya seperti seorang ibu yang melayani anaknya.
Sedangkan dalam Injil, Yesus secara terbuka mengajarkan kepada para muridNya untuk mengikuti ajaran orang-orang Farisi tetapi jangan menuruti perbuatan mereka.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 4 November 2023 : Hidup Dengan Tidak Menganggap Diri Pandai
Yesus dalam hal ini mengecam orang-orang Farisi dan Ahli Taurat yang hanya tahu mengajarkan kepada orang lain tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.
Sikap kemunafikan dan kesombongan orang-orang Farisi dan Ahli Taurat inilah yang pertama di kecam oleh Yesus.
Lalu selanjutnya, Yesus juga mengajarkan yang sebenarnya yaitu tentang kebenaran yang harus diketahui oleh para muridNya tentang kerendahan hati yaitu: "Janganlah kamu disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu, dan kamu semua adalah saudara.
Janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena Bapamu hanya satu, yaitu Dia yang ada di surga". Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena Pemimpinmu hanya satu, yaitu Kristus".
Yesus meminta agar tak perlu menyombongkan diri karena sudah ada Bapamu, Rabimu dan Pemimpinmu, dan kita hanyalah pelaksana firman saja.
Yesus dalam pengajaranNya ini sebenarnya sedang mengajarkan kepada kita tentang kerendahan hati baik sebagai seorang pemimpin dalam status kemasyarakatan maupun sebagai anggota untuk tidak terjebak di dalam kemunafikan dan kesombongan diri seperti orang-orang Farisi dan Ahli Taurat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 4 November 2023 : Rendahkanlah Dirimu
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 3 November 2023, Tiga Cara Memberi Masukan yang Dapat Diterima
Kerendahan hati itu menjadi sebuah kebajikan utama sebagai seorang murid Tuhan. Dari kebajikan inilah akan lahir banyak kebajikan lain dalam menjaga hidup kita sebagai seorang pengikut Kristus.
Bagaimana dengan kita? Kita kadang atau bahkan sering jatuh dalam kesombongan dan kemunafikan atas ego kita sendiri. Contoh sederhana saja, baru naek kepala desa atau kepala sekolah atau kepala bagian atau kepala-kepala yang lain kita menjadi sombong dan kadang bersifat arogant terhadap bawahan sendiri.
Relasi kuasa menjadi sangat nampak dalam relasi di dalam masyarakat. Kita hanya tampak sebagai seorang pemimpin tapi tak berdampak dalam pola kehidupan setiap hari. Kita lalu hanya menjadi beban bagi orang lain dalam hidup kita.
Mari kita belajar dari St. Paulus yang mengajarkan dan melakukannya dengan penuh semangat semua pekerjaan pelayanannya agar dia tidak menjadi beban bagi orang lain.
Dan belajar dari Yesus sendiri yang melayani tanpa pamrih dan meninggalkan keAllahanNya untuk turun menjadi seorang manusia untuk menebusnya kembali.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: semua kita sudah dipanggil menjadi murid Tuhan untuk menjadi pelayan di antara sesama kita sendiri. Kedua, menjadi murid Tuhan berarti siap meninggalkan diri sendiri dan mengikuti kehendak Tuhan dan bukan kehendak kita sendiri. Ketiga, kalau kita mengikuti kehendak kita sendiri maka kita pasti akan jatuh dalam kesombongan dan kemunafikan.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS