Selain terbatasnya vaksin di NTT, tantangan lainnya adalah kurangnya informasi, dan ketidakpedulian masyarakat akibat rendahnya mobilitas.
Baca juga: Deklarasi Materi Teknis Muatan Peraiaran Pesisir, Sekda NTT: Butuh Kolaborasi
"Animo ini juga dipengaruhi dengan anggapan bahwa Covid sudah tidak ada lagi, mereka tidak keluar jalan-jalan jadi tidak perlu divaksin sebagai persyaratan perjalanan. Sebagian besar merasa begitu bukan karena tidak butuh, tetapi mereka kurang mendapatkan informasi yang benar tentang Covid, tentang vaksin," jelasnya.
Selain itu, kata Zar, kemampuan pemerintah daerah sudah sangat terbatas untuk bisa menjangkau masyarakat di pelosok. Masyarakat tersebut hanya bisa mengakses vaksin di puskesmas terdekat yang belum tentu ada di desa atau kecamatannya.
"Di banyak situasi, mereka harus mengeluarkan biaya ojek yang cukup mahal untuk menjangkau puskesmas di luar desanya," ungkapnya.
Pentingnya kerja sama lintas sektor
Terkait perubahan kebijakan Covid-19 dari pandemi menjadi endemi, Zarniel menganggap hal tersebut dapat menurunkan motivasi masyarakat untuk mendapatkan vaksin Covid-19, sedangkan, masih begitu banyak masyarakat yang belum mendapatkan vaksin.
Meski demikian dia yakin pendekatan-pendekatan yang dilakukan selama proses percepatan vaksinasi ini adalah satu contoh yang baik untuk terus dikembangkan.
"Masih banyak orang yang belum tervaksin sampai saat ini, bukan saja di empat kabupaten ini tapi di seluruh NTT, bahkan mungkin di Indonesia, tapi yang ingin saya katakan adalah bahwa mereka ingin sehat. Mereka ingin aman dari kemungkinan serangan Covid kapanpun. Permasalahannya adalah bagaimana kita bisa menjangkau mereka," kata Zarniel.
Baca juga: Deklarasi Materi Teknis Muatan Peraiaran Pesisir, Sekda NTT: Butuh Kolaborasi
"Secara umum sampai dengan saat ini kita menjangkau banyak sekali masyarakat yang divaksin dan pelajaran paling utama, adanya kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah sampai dengan pemerintah di desa. Kendati demikian, masih banyak sekali masyarakat yang belum vaksin, terutama dosis tiga dan empat. Kami berharap pemerintah tetap menjalankan program ini," tambahnya.
Kedepannya, Zarniel berharap, pembelajaran capaian vaksinasi Covid-19 ini dapat dijadikan pendekatan yang efektif untuk dapat diterapkan pada konsep One Health yaitu pendekatan terintegrasi untuk mengoptimalkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, yang dilakukan oleh semua pihak baik oleh Pemerintah, masyarakat, maupun aktor-aktor lainnya yang berkontribusi bagi pembangunan kesehatan.
Melalui kerja sama semua pihak, berbagai upaya pencegahan penyebaran penyakit, dari manusia ke manusia, maupun hewan ke manusia dapat dilakukan.
Dia berharap pencegahan ini dapat meminimalisir adanya penyakit infeksi emerging (PIE) di masa yang akan datang.
"Saya kira sektor kesehatan Indonesia harus terus berbenah diri, melakukan evaluasi, dan membuat One Health ini menjadi isu yang penting, terutama karena daerah kita ini kaya dengan keanekaragaman hewani dan hayati. Jadi negara dan daerah harus punya sistem untuk bisa hadapi persoalan seperti ini di masa datang," tutupnya. (uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS