“Setelah mendapat jawaban dari bapak almarhum Nicolaas Jouwe di Belanda, maka saya berpikir bahwa saya harus kembali ke Republik Indonesia. Dan saya kembali tahun 2007,” terangnya.
Nicholas Messet mengaku menjadi salah satu orang yang ikut mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961.
Kala itu dia masih berusia 15 tahun, 59 tahun lalu, dan tidak banyak orang yang hadir dalam acara tersebut.
Terlepas dari itu, dia kini tegas mengakui bahwa Papua sudah merdeka di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
“Mengapa saya katakan demikian? Karena pada tanggal 24 Agustus 1828 pemerintah Belanda atau pemerintah Kolonial Belanda waktu itu resmi menyatakan bahwa tanah Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda,” tegasnya.
“Sementara Hindia-Belanda itu dijajah oleh pemerintah Belanda. Untuk itu, kita sudah merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Kita adalah bagian dari Republik Indonesia,” tekannya.
Atas alasan itu, dia mengajak para simpatisan OPM untuk bangun dari tidur dan sadar bahwa cita-cita pembentukan negara Papua adalah tipu daya Belanda.
“Jadi untuk saya, bendera itu kenangan lama. Kenang-kenangan yang Belanda menipukan kita bahwa kita akan menjadi satu negara sendiri di luar dari Republik Indonesia,” tandasnya.
Tuding Veronica Koman Provokator
Setelah tahu dan sadar akan sejarah ini, Nicholas Messet akhirnya sangat mencintai NKRI dan menegaskan bahwa Papua bagian dari NKRI.
Tokoh-tokoh yang berusaha dan mendukung kemudian dianggapnya sebagai provokator.
Salah satu contoh sikap Nicholas Messet adalah ketika Veronica Koman, seorang tokoh yang menyebut diri pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) memproklamirkan adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) oleh pihak Indonesia di Papua.
Seperti dilansir Antara, Nicholas Messet akhirnya mencap Veronica Koman sebagai provokator di Papua.
Menurut Nicholas, Veronica Koman sama sekali tidak punya hak untuk bicara masalah Papua, terlebih ia dalam situasi pelarian ke Australia.
"Anda, Veronica Koman, bukan orang Papua. Anda tidak lebih dari seorang provokator,” ujar Nicholas Messet, dalam acara webinar “Memahami Papua, serta Upaya Penyelesaian Secara Kolaboratif dan Holistik" sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Pimpinan KKB Papua Egianus Kogoya, "Mau Ditembak Mati Atau Lanjutkan Pemekaran?"