Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 17 Juli 2022, Mendengarkan Tuhan, Melayani Sesama

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RENUNGAN - RP. Steph Tupeng Witin SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 17 Juli 2022 dengan judul Mendengarkan Tuhan, Melayani Sesama.

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Mendengarkan Tuhan, Melayani Sesama.

RP. Steph Tupeng Witin menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk pada bacaan-bacaan Pekan Biasa XVI, Minggu 17 Juli 2022, yaitu Kejadian 18:1-10a; Kolose 1:24-28; dan bacaan Injil Lukas 10:38-42.

Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan teks lengkap bacaan Minggu 17 Juli 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

Orang Yahudi hidup dalam budaya patriarkal yang keras. Kaum lelaki sangat mendominasi ruang-ruang publik. Sebagian besar peran perempuan berada di sektor domestik.

Meskipun "hanya" bekerja di sektor domestik, pekerjaan perempuan sangat berat. Setiap pagi, para perempuan harus bangun lebih dahulu untuk menyalakan api di tungku.

Makanan utama orang Yahudi adalah roti. Salah satu tugas istri dan ibu adalah menggiling biji padi-padian menjadi tepung secara manual. Mereka harus mengangkut air menggunakan buyung dari sumur di tengah desa.

Menjelang siang, saat makanan siap tersaji, perempuan memintal benang dan menenun untuk kebutuhan pakaian keluarga. Anak-anak kecil harus disusui, dijaga, dan dipelihara.

Waktu anak-anak itu semakin besar, ibu mengajarkan sopan santun sesuai adat istiadat Yahudi. Anak-anak perempuan yang lebih besar diajar memasak, menjahit dan melakukan banyak hal sebagai seorang istri Israel yang baik.  

Budaya Yahudi ini seolah membenarkan laki-laki Yahudi yang berdoa dan bersyukur karena tidak dilahirkan sebagai seorang perempuan.

Konteks ini sekurang-kurangnya membantu kita memahami “kemarahan” Marta ketika melihat Maria, saudaranya, tidak membantunya.

Maria justru memilih duduk dekat Tuhan dan mendengarkan pengajaran-Nya. Sebuah kebiasaan yang ganjil zaman itu.

Dalam tradisi Yudaisme, pengajaran agama hanya diwajibkan kepada kaum laki-laki. Perempuan memang diizinkan menguping pengajaran.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 15 Juli 2022, Belas Kasih Bukan Persembahan

Para guru agama Yahudi tidak mau mengajar perempuan secara langsung. Tidak tahu kenapa.

Maka kesediaan Yesus, seorang pria Yahudi, untuk mengajar perempuan menunjukkan bahwa Yesus tidak memandang rendah terhadap perempuan. Yesus menunjukkan konsistensi sikap ini selama masa pelayanan-Nya yang banyak sekali bersentuhan dengan hidup dan diri kaum perempuan.

Bahkan perempuan menjadi bagian sangat sentral dalam narasi kebangkitan Yesus. Merekalah yang menerima warta pertama bahwa Yesus telah bangkit dari kubur.

Hubungan Yesus dengan perempuan menunjukkan sikap-Nya yang merangkul semua orang tanpa peduli dengan sekat-sekat primordial bernama ras, keturunan, status dan sebagainya (Kristanto: 2010).

Meski berani memprotes Yesus, namun Marta sesungguhnya adalah seorang yang beriman. Saat Tuhan membangkitkan Lazarus, saudaranya, Marta membuktikan dirinya sebagai orang beriman. Ia mengabarkan kepada Yesus bahwa saudaranya sakit.

Tentu ada harapan besar agar Yesus datang menyembuhkannya. Iman Marta ini setara dengan pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias.

Jika Marta beriman kepada Tuhan, mengapa ia memprotes posisi Maria yang duduk mendengarkan ajaran Tuhan?

Budaya patriarkal Yahudi telah memenjara kebebasan berpikir Marta. Ia hidup dalam represi budaya Yahudi yang sangat tegas membagi ruang peran seorang perempuan dalam hidup.

Tugas perempuan di dapur. Duduk mendengarkan pengajaran itu domain kaum laki-laki. Apalagi banyak tamu yang mesti dilayani dengan baik dari sisi tangugng jawab seorang perempuan “bijaksana” dalam bayangt-bayang budaya patriarkal Yahudi.

Marta sangat sibuk di dapur mempersiapkan makan dan minum untuk Yesus dan murid-murid-Nya. Marta tidak salah karena mau menunjukkan penerimaan yang pantas bagi tamu yang datang.

Marta tampil sebagai tuan rumah yang baik dalam menyambut tamu. Apalagi  hubungan keluarga antara Marta dan Maria dengan Yesus sangat dekat.

Marta menempuh jalan bijak untuk melayani Yesus dan murid-murid-Nya. Kata melayani dalam bahasa Yunani  adalah periespato yang artinya "dijauhkan" atau "dipisahkan."

Marta merasa dipisahkan dengan Maria dan Yesus. Marta ada di dapur, sektor domestik, sementara Yesus dan Maria berada di ruang publik.

Pemisahan ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan dalam diri Marta yang memunculkan suara protes. Lalu bagaimana tanggapan Yesus?

Dengan nada prihatin Yesus berkata, "Marta, Marta. Engkau demikian khawatir dan sibuk memikirkan ini dan itu, padahal yang penting hanya satu. Dan Maria sudah memilih yang baik, yang tidak akan diambil dari dia" (Bdk Luk 10: 41-42).

Apakah Yesus memandang rendah pekerjaan domestik? Perkataan Yesus ini membenarkan tindakan “duduk mendengarkan” dari Maria, tetapi tidak menyalahkan tindakan Marta.

Maria memilih untuk bersimpuh di dekat Sang Guru dan mendengarkan Sabda-Nya. Pengajaran yang disampaikan Yesus adalah Sabda yang membebaskan.

Orang yang percaya kepada-Nya akan menjadi manusia merdeka. Tidak hanya terbebas dari ikatan dosa, tetapi juga memiliki kesadaran penuh dalam membuat keputusan-keputusan dalam hidup.

Tuhan juga tidak menyalahkan Marta karena kesibukannya. Kata Yesus, Marta khawatir dan menyusahkan dirinya hingga dia kehilangan yang terbaik yaitu waktu berkualitas bersama Tuhan.

Marta kehilangan komunikasi dan keintiman relasi dengan Tuhan ketika dia menyusahkan dirinya dengan segala usaha yang dia pikir akan menyenangkan hati Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 15 Juli 2022, St. Bonaventura Uskup dan Pujangga Gereja

Dari kisah Marta, kita mengerti bahwa Tuhan tidak ingin kita kehilangan yang terbaik dalam upaya kita untuk memberi-Nya yang terbaik.

Dalam tafsir yang lain, kisah ini diproduksi menjadi acuan teologi feminis yang menyebut bahwa Yesus bukanlah orang yang berpihak pada laki-laki saja. Yesus sangat menghargai perempuan, bahkan menjadikan mereka sebagai murid.

Yesus dianggap sebagai pelanggar kebiasaan patriarkal. Hal ini sering diproduksi menjadi argumen orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat untuk menjatuhkan Yesus karena mereka anggap Tuhan sesat dari budaya patriarkal Yahudi. 

Dalam gerakan feminisme modern, banyak orang salah berpikir seolah itu hanya sekadar kumpulan perempuan yang menolak menjadi ibu rumah tangga (domestifikasi).

Feminisme adalah sebuah gerakan rasional menggugat penindasan terhadap perempuan. Sebuah kritik konstruktif kepada segenap komponen agar berusaha membangun relasi antarmanusia yang lebih adil.

Kiblat mulia ini sejalan dengan ajaran Yesus. Hanya berbasis ruang keadilan, setiap orang akan menjalankan dan menghayati perannya dengan bebas dan sukarela. Setiap perempuan bebas memilih peran apa yang hendak ia mainkan di ruang domestik maupun ruang publik.

Kita belajar dari Maria yang telah menjadi manusia bebas karena berani melawan arus budaya patriarkal yang sangat menguasai alur pikiran Marta dengan membuat pilihannya sendiri.

Tuhan menilai itu sebuah pilihan tepat. Tapi tentu sulit dan penuh risiko bagi masyarakat yang telanjur terpenjara dominasi kaum lelaki.

Kita juga belajar dari Marta yang setia melayani Tuhan dengan “jalan” lain. Kesalahan fatal Marta adalah bahwa ia merasa tindakannya paling benar dan menilai sikap Maria salah.

Bahkan Marta juga berani menyalahkan Tuhan karena seolah membiarkan Maria berbuat seperti itu. Sikap dan tindakan Marta ini identik dengan sikap kaum Farisi dan ahli Taurat yang selalu menganggap diri paling benar dan suka menyalahkan orang lain, termasusk Yesus.

Penyatuan dua pilihan itu akan menghadirkan “kebijaksanaan” hidup. Santa Theresia dari Avilla mengingatkan kita, “Manusia secara esensial membutuhkan dua sisi yang saling melengkapi dan menyempurnakan yakni sisi fisik-manusiawi dan sisi rohaniah-spiritual.”

Kita setia mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya dalam keseharian. Tidak berusaha membenarkan diri dan menyalahkan orang lain. *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 17 Juli 2022

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 17 Juli 2022. (Tokopedia)

Bacaan I: Kejadian 18:1-10a

Tuanku, singgahlah ke kemah hambamu ini.

Bacaan dari Kitab Kejadian:

Sekali peristiwa Tuhan menampakkan diri kepada Abraham di dekat pohon tarbantin di Mamre.

Waktu itu Abraham sedang duduk di pintu kemahnya di kala hari panas terik.

Ketika ia mengangkat mata, ia melihat tiga orang berdiri di depannya.

Melihat mereka, Abraham bergegas dari pintu kemahnya menyongsong mereka.

Ia bersujud sampai ke tanah dan berkata, "Tuanku, jika aku mendapat kasih tuanku, singgahlah di kemah hambamu ini.

Biarlah diambil sedikit air, basuhlah kaki Tuan dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah hamba mengambil sepotong roti, agar Tuan-Tuan segar kembali.

Kemudian bolehlah Tuan-Tuan melanjutkan perjalanan. sebab Tuan-Tuan telah datang ke tempat hambamu ini."

Jawab mereka, "Perbuatlah seperti yang engkau katakan itu!"

Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata, "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik!

Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"

Lalu Abraham berlari ke lembu sapinya, mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya, dan memberikannya kepada seorang bujangnya, yang segera mengolahnya.

Kemudian Abraham mengambil dadih, susu, dan anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya kepada ketiga orang itu.

Abraham sendiri berdiri dekat mereka di bawah pohon itu, sementara mereka makan.

Sesudah makan, bertanyalah mereka kepada Abraham, "Di manakah Sara, isterimu?"

Jawab Abraham, "Di sana, di dalam kemah."

Maka berkatalah ia, "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau.

Pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki."

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5

Tuhan, siapa boleh menumpang di kemah-Mu?

*Orang yang berlaku tidak bercela,
yang melakukan apa yang adil
dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya;
yang tidak menyebar fitnah dengan lidahnya.

*Orang yang tidak berbuat jahat terhadap teman,
dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya
yang memandang hina orang-orang tercela
tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.

*Orang yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba
dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah.
Siapa yang berlaku demikian
tidak akan goyah selama-lamanya.

Bacaan II: Kolose 1:24-28

Rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad sekarang dinyatakan kepada orang kudus-Nya.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara, sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita demi kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.

Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan kepenuhan firman-Nya kepada kamu, yaitu: Rahasia yang tersembunyi berabad-abad dan turun-temurun, kini dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.

Allah berkenan memberitahu mereka betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di antara kamu.

Dialah harapan akan kemuliaan!

Dialah yang kami beritakan dengan memperingatkan orang dan mengajar mereka dalam segala hikmat untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: Luk 8:15

Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Bacaan Injil: Lukas 10:38-42

Marta menerima Yesus di rumahnya. Maria telah memilih bagian yang paling baik.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung.

Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya.

Wanita itu mempunyai seorang saudara bernama Maria.

Maria ini duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya.

Tetapi Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, "Tuhan, tidakkah Tuhan peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."

Tetapi Tuhan menjawabnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

 

Berita Terkini