Laporan Reporter POS KUPANG. COM, Teni Jenahas
POS KUPANG. COM, ATAMBUA- Ermalinda Nai Mau adalah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang usaha tenun ikat. Ia adalah anggota Kelompok Tenun Bia Berek yang beralamat di Kuneru, Atambua, Kabupaten Belu, daerah perbatasan RI-RDTL.
Kelompok yang beranggotakan 20 orang itu merupakan kelompok tenun binaan Dekranasda Kabupaten Belu dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Ya, Kelompok Bia Berek ini juga pernah mendapat bantuan modal usaha dari Bank NTT Cabang Atambua.
Ditemui Pos Kupang.Com di Atambua, Kamis 14 Juli 2022, perempuan disapa Indah ini menuturkan, ia sudah bisa menenun sejak kecil.
Ia mulai menggeluti usaha tenun sejak tamat SMA tahun 2003. Tahun 2010, ia bersama beberapa penenun membentuk kelompok tenun yang dinamakan Bia Berek.
"Masih kecil saya sudah bisa menenun. Tamat SMA 2003 saya mulai dengan usaha menenun tapi belum bentuk kelompok. Kami bentuk kelompok tahun 2010. Nama kelompok Bia Berek", katanya.
Baca juga: 16 Mahasiswa Unwira KKN di Desa Duarato Kabupaten Belu
Sejak bergabung dalam kelompok, lanjut Indah, usaha tenun makin berkembang seiring dengan banyaknya pesanan.
"Kalau saya kebanyakan terima pesan dari atambua, Kupang, dari Jawa bahkan dari luar negeri, Timor Leste", ungkapnya.
Kata Indah, pembuatan kain tenun, apalagi dengan pewarna alam melewati beberapa proses dan memakan waktu. Mulai dari pemintalan benang, mewarna sampai menenun.
Khusus untuk menenun saja, dalam sebulan, Indah menenun tiga sampai empat lembar kain. Jika rata-rata harga satu lembar kain Rp 500 ribu maka pendapatannya berkisar Rp 1,5 juta - Rp 2 juta dalam waktu dua bulan.
Menurut Indah, tantangan dalam usaha tenun ikat antara lain pemasaran. Pola pemasaran secara tradisional memang agak susah dan produknya lama terjual.
Indah sendiri memanfaatkan media sosial FB sebagai sarana pemasaran atau penjualan produk tenun.
Baca juga: Pemerintah Kabupaten Belu Pendekatan Keluarga Sebagai Upaya Dini Cegah Bayi Stunting
Baginya, penjualan secara online melalui media sosial lebih cepat terjual dibandingkan dengan panjang di rumah atau di galeri kelompok.
"Penjualan lebih cepat itu lewat online dibandingkan jual di tempat galeri", katanya.
Selain pemasaran, tantangan dalam usaha tenun adalah kerumitan pembuatan motif karena tidak semua penenun bisa menenun untuk segala jenis motif.
Tantangan selanjutnya adalah modal untuk mengembangkan usaha, seperti membuka galeri tenun sendiri.
Modal sangat dibutuhkan supaya bahan baku yang disiapkan banyak sehingga sekali tenun bisa mendapatkan banyak produk.
Menurut Indah, untuk kelompok Bea Berek pernah mendapat bantuan modal dari BNI dan juga Bank NTT. Dari Bank NTT, kelompok mereka mendapat modal usaha senilai Rp 50 juta tahun 2015.
Baca juga: Wakil Bupati Belu Ingatkan Agar ASN Jangan Ciptakan Gesekan
Dana tersebut dibagikan kepada 20 anggota kelompok bersifat pinjaman untuk mengembangkan usaha tenun. Masing-masing masing anggota mendapat dana kisaran 1 juta sampai 2 juta, tergantung kemampuan anggota untuk pengembalian. Pengembalian dana pinjaman didapat dari hasil jualan kain tenun.
Setelah kain terjual, masing-masing anggota kelompok menyerahkan kepada Ketua kelompok dan selanjutnya Ketua kelompok menyetor ke Bank NTT. Proses pengembalian lancar.
Ditanya mengenai rencana membuka galeri tenun sendiri, Indah mengaku belum bisa dilakukan karena terkendala modal dan tempat. Katanya, membuka galeri tenun di tempat yang khusus dan strategis harus membutuhkan modal.
"Modal dan tempat yang masih kendala untuk buka galeri sendiri. Saya pajang di etalase di rumah saja", ungkapnya.
Indah mengucapkan terima kasih kasih kepada Pemerintah Kabupaten Belu yang sudah merekrut tenaga penenun untuk bekerja di Dekranasda sebagai tenaga kontrak.
Saat ini Indah bekerja sebagai penjaga pusat oleh-oleh Dekranasda Kabupaten Belu dengan sistem kerja shiff.
Baca juga: Rumah Korban Bencana Seroja di Belu Sedang Dikerjakan
Setelah pulang kerja, ia memanfaatkan waktu untuk menenun karena ia juga mendapat pesanan dari konsumen.
"Kalau pulang kerja kan masih ada waktu jadi saya bisa tenun karena ada orang yang pesan kain tenun di saya" tuturnya.
Tambah Indah, menenun merupakan mata pencaharian sehingga setiap hari menenun. Selain mendapat honor dari pemerintah, ia juga mendapat penghasilan tambahan dari hasil tenun di rumah yang sudah ia geluti sejak belasan tahun.
Bagi Indah, menenun adalah usaha yang menjanjikan jika dilakukan dengan tekun dan ulet karena hasil tenun mempunyai harga jual yang bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Indah juga berterima kasih kepada Bank BNI dan Bank NTT yang pernah membantu modal usaha bagi kelompok mereka. Dukungan dari stakeholder akan membantu UMKM bisa berkembang lebih maju dan berkelanjutan. (jen)