POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RD. Fransiskus Atamau dengan judul Orang Samaria yang Baik Hati.
RD. Fransiskus Atamau menulis Renungan Harian Katolik ini sebagai materi kotbah pada misa Minggu Biasa XV, Minggu 10 Juli 2022, di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Naimata Kupang, dengan merujuk pada bacaan Injil Lukas 10:25-37.
Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini tersedia pula teks lengkap bacaan-bacaan Minggu 10 Juli 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari yang dikasihi Tuhan.
Kisah “Orang Samaria Yang Baik Hati” adalah salah satu perumpamaan Yesus yang sangat populer karena begitu menarik, provokatif dan telah menggugat rasa hati miliaran manusia sepanjang zaman, menimbulkan rasa iba bagi mereka yang berbelas kasih serta perasaan malu hati bagi mereka yang masih memiliki kemampuan untuk memiliki rasa bersalah (yang perasaannya batu, yang perasaannya sudah mati, biarpun berkali-kali mendengar perumpamaan ini, sedikit pun tidak akan tergugah hatinya)
Perumpamaan ini sesungguhnya adalah sebuah gugatan serius (bukan main gila) atas sikap ketidakpedulian manusia terhadap sesamanya manusia, khususnya mereka yang menderita.
Perumpamaan ini diucapkan Yesus dalam dialog-Nya dengan seorang ahli Taurat yang ingin tahu tentang dua hal: yang pertama, mengenai jalan kepada kehidupan kekal dan yang kedua mengenai siapakah sesama manusia itu?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Juli 2022, Jangan Takut kepada Mereka yang Membunuh Badan
Jawaban Yesus untuk hal pertama yakni jalan kepada kehidupan kekal adalah hukum cinta kasih; yakni cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama.
Jawaban ini menimbulkan sikap kritis sang ahli Taurat tentang siapakah sesama manusia itu?, dan untuk menjelaskan hal ini maka Yesus mengucapkan perumpamaan yang terkenal sebagai Drama Orang Samaria.
Inilah drama kemanusiaan yang sangat provokatif dan sinis dari satu sisi, tetapi sangat persuasif dan mengharukan dari sisi lain.
Lihatlah, bagaimana dengan mahirnya Yesus menempatkan tokoh yang terlibat dalam drama perampokan seseorang yang sedang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho.
Orang malang itu dirampoki, dipukul lalu ditinggalkan tergeletak di pinggir jalan sambil menantikan bantuan dari orang-orang yang lewat.
Dan siapakah orang-orang yang lewat itu?
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari yang dikasihi Tuhan.
Yang pertama adalah seorang Imam dan yang kedua adalah seorang Lewi.
Seorang Imam dan seorang Lewi bukanlah orang sembarangan dalam masyarakat Yahudi, sebab imam adalah jabatan religius, pemimpin agama Yahudi yang status sosialnya di atas rata-rata.
Bisa jadi imam yang dimaksud di sini adalah imam yang bekerja di bait Allah dan imam seperti ini merupakan imam elite karena bekerja di lingkungan yang elite dan daerah kerjanya hanya di ibu kota yakni di Yerusalem.
Sementara itu seorang Lewi berarti juga seorang rohaniwan, pemimpin agama masyarakat Yahudi; sebab dari Kitab Suci kita tahu bahwa para pemimpin religius masyarakat Yahudi diambil dari suku Lewi; hanya saja mereka tergolong imam kelas bawah karena bergaul dengan rakyat kecil dan melayani di sinagoga-sinagoga yang bertebaran di seluruh tanah Israel.
Kedua rohaniwan ini yang pertama lewat dan melihat orang yang dirampok itu tetapi mereka tidak mau terlibat, mereka tidak mau menolong, malah mereka berlalu dengan masa bodoh di samping orang yang dirampok itu.
Di sini mereka kehilangan identitas religiositasnya, menyangkal komitmen panggilan mereka untuk melayani.
Dan untuk menampilkan secara jelas kegagalan religiositas sang imam dan orang Lewi ini, Yesus menampilkan sesosok manusia lain; orang Samaria yang baik hati.
Orang ini melewati jalan yang sama. Ketika melihat orang yang dirampok dan terluka hebat itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan lalu menolong.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 8 Juli 2022, Bertahan dalam Tantangan
Pertanyaannya, apa bedanya seorang Imam, seorang Lewi dengan seorang Samaria?
Imam dan orang Lewi tadi adalah orang Israel yang mengaku diri sebagai keturunan Abraham, sedangkan seorang Samaria tadi dianggap bukan asli Yahudi, artinya tidak asli keturunan Abraham sebab nenek moyang mereka dulunya bergaul dan bercampur dengan penduduk di luar Palestina pada saat terjadi pembuangan Babilonia.
Itulah sebabnya orang-orang Yahudi memandang rendah orang Samaria, menganggap mereka sebagai warga kelas dua, juga dalam hal rohani.
Tetapi mengapa justru orang Samaria inilah yang dimuliakan Yesus?
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari yang dikasihi Tuhan.
Perumpamaan tentang “Orang Samaria Yang Baik Hati” ini sesungguhnya adalah suatu cubitan dan gelitikan Yesus pada orang-orang yang menderita penyakit “Kesombongan Rohani”; kepada masyarakat kita dan kepada Gereja kita yang dipenuhi orang-orang yang menderita penyakit “Kesombongan Rohani”.
Banyak sekali pemimpin Umat yang pandai sekali berkotbah dengan semangat berapi-api tentang cinta kasih, menyemangati umat untuk senantiasa berbuat baik, saling menolong, saling membantu tetapi berapa banyak pemimpin Umat yang punya waktu untuk umat yang datang mengeluhkan kenakalan anak-anak mereka, keadaan ekonomi mereka yang morat-marit, atau hanya sekadar meminta nasehat dan peneguhan untuk menenangkan pikiran mereka yang sedang kalut?
Bukankah lebih banyak pemimpin umat yang mempunyai waktu hanya untuk umat yang datang memberikan sumbangan, mengantar parsel, rantangan, hadiah ulang tahun atau diajak makan di restoran atau piknik?- itu bagiannya para pemimpin umat; sekarang bagiannya kita umat.
Kesombongan rohani merupakan bahaya yang senantiasa menggerogoti manusia sepanjang zaman, siapa pun orangnya. Dan yang sangat menyedihkan adalah justru orang-orang beragamalah; orang-orang Kristen malah yang melakukan pengasingan terhadap wujud orang Samaria yang dirampok di sekitarnya; terhadap buruh bangunan, terhadap sopir-sopir angkot, terhadap pembantu rumah tangga, terhadap orang-orang miskin.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 10 Juli 2022, Menjadi Pelaku Kasih dan Pelaksana Firman
Yang sangat menyedihkan juga adalah justru orang-orang beragamalah; orang-orang Kristen yang sering melakukan ketidakadilan di rumah, di tempat kerja, di rumah ibadat dengan membuat orang lain menderita atau tidak sedikit pun melakukan sesuatu untuk meringankan penderitaan sesama meskipun sebenarnya mereka itu sanggup melakukannya.
Kritik Yesus yang pedas atas perilaku kita yang munafik semakin relevan saat ini, sebab makin banyak orang beriman dan beragama yang tidak peduli pada sesamanya; makin banyak orang yang degil hati dan jiwanya.
Singkatnya, Yesus dalam perumpamaan ini mengecam kita sekalian orang-orang beriman jika sesungguhnya sanggup menolong tetapi tidak mau; tidak mau menolong; tidak mau mendengarkan keluhan orang lain; tidak mau membagi-bagi rahmat,waktu, kebahagiaan,kesempatan; tidak mau berbagi; tidak mau memuji; tidak mau mengakui keunggulan orang lain; tidak mau berkorban; tidak mau menghibur; tidak mau berpikir positif; tidak mau menahan diri; tidak mau mengalah; dan TIDAK MAU MASUK SURGA. Amin.
Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 10 Juli 2022
Bacaan Pertama: Ulangan 30:10-14
Hendaklah engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu
Pembacaan dari Kitab Ulangan:
Pada waktu itu Musa memanggil segenap orang Israel berkumpul, lalu berkata kepada mereka, “Hendaklah engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dengan berpegang pada perintah dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam kitab Taurat ini; dan hendaklah engkau berbalik kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu, dan tidak pula terlalu jauh; tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melaksanakannya?
Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan pergi ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melaksanakannya? Firman itu sangat dekat padamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu; hendaklah engkau melaksanakannya.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 69:14,17,30-31,33-34,36ab,37
Refr. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
1. Aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku, dengan pertolongan-Mu yang setia! Jawablah aku, ya Tuhan, sebab baiklah kasih setia-Mu, berpalinglah kepadaku menurut rahmat-Mu yang besar!
2. Aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur,
3. Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari-cari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orangNya yang ada dalam tahanan.
4. Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda. Anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.
Bacaan Kedua: Kolose 1:15-20
Keutamaan Kristus
Pembacaan dari Surat Santu Paulus kepada Jemaat di Kolose:
Saudara-saudara, Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Dia adalah yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Ia ada mendahului segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Dialah kepala tubuh, yaitu Jemaat.
Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia lebih utama dalam segala sesuatu.
Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil: Yohanes 6:63c.68c
Refr. Alleluya, alleluya, alleluya.
Tuhan, Sabda-Mu adalah roh dan kehidupan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.
Bacaan Injil: Lukas 10:25-37
Orang Samaria yang murah hati
Inilah Injil Suci menurut Lukas:
Sekali peristiwa seorang ahli Taurat berdiri hendak mencobai Yesus, katanya, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu; dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar! Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup,”
Tetapi untuk membenarkan dirinya, orang itu berkata lagi kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?”
Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.
Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati.
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu.
Ia melihat orang itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur.
Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri, lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali’.
Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab ahli Taurat itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya