Renungan Harian Katolik, Minggu 10 April 2022: Tuhan Memerlukannnya, Hosana! (Lukas 22: 14- 23: 56)
Oleh: RD. Dr. Florens Maxi Un Bria
POS-KUPANG.COM - Tuhan memerlukan keledai dan utamanya memerlukan kerelaan hati kita sebagai murid yang baik untuk berjalan bersama-Nya berbasis cinta, kerendahan hati, ketaatan, pengorbanan dan kesetiakawanan memasuki kota Yerusalem.
Pekikan Hosana Putera Daud membahana menyambut kedatangan Yesus memasuki kota Yerusalem.
Yesus disambut khalayak seperti seorang raja. Mereka berharap Ia tampil sebagai raja insani sebagaimana para raja dunia umumnya.
Semoga Ia membebaskan mereka dari kekuasaan penjajah Romawi, juga agar meringankan beban pajak dan ekonomi yang melangit.
Sorak gempita dan pujian segera beralih dengan hinaan dan penghakiman yang mengerikan.
Kehadiran Yesus dipahami secara berbeda oleh khalayak. Hingga Ia akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Yesus masuk ke Kota Yerusalem untuk menjalani kehendak Bapa. Ia akan menjalani hukuman, penderitaan salib dan wafat untuk menguduskan umat manusia.
Perjalanan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggang seekor keledai. Kata-kata "Tuhan memerlukannya" Ia memerlukan keledai sebagai sarana pelengkap untuk melancarkan dan menghadirkan pesan tertentu kepada khalayak.
Pertama, keledai sabagai hewan piaraan yang digunakan masyarakat zaman itu untuk memikul beban.
Kedua, keledai juga termasuk hewan yang disayang masyarakat dan dapat ditunggang pemilik dalam perjalanan yang jauh.
Ketiga, keledai menjadi sebuah performance di tengah kerumunan yang membuat pemilik dan pengguna tampak berbeda dari khalayak dan dengan mudah mendapat fokus perhatian khalayak.
Pesan "Tuhan memerlukan keledai" untuk memasuki kota Yerusalem menegaskan bahwa meskipun Yesus sadar bahwa Ia pasti disambut dengan seruan hosana dan sorak sorai, Ia tetap membutuhkan sarana dan simbol-simbol budaya sebagai media untuk menyampaikan pesan dan nilai cinta, kesederhanaan, ketaatan, kesabaran dan kesetiakawanan dalam menjalani penderitaan salib.
Tuhan memang memerlukan keledai dan lebih dari itu Ia sesungguhnya memerlukan diri kita untuk berjalan bersama-Nya, terlibat secara sadar dengan refleksi iman tentang misi perjalanan memasukl kota Yerusalem.