Jeda bukan pula titik lampu merah dalam setiap perempatan. Sebab jeda bukan sebuah keharusan yang mesti dilakukan agar ada pembagian kesempatan dan jalan di tengah padatnya lalu lintas kehidupan.
Jeda jelas berbeda dengan halte, terminal atau stasiun dalam sebuah perjalanan, karena jeda bukan tempat pemberhentian untuk turun dan berganti kendaraan dalam perjalanan hidup.
Jeda, adalah saat kita menginsafi kekinian dengan melihat ke belakang kemudian menatap ke depan. Jeda memberikan satu evaluasi terhadap apa yang telah dan tengah kita alami, kemudian menimbang apa yang akan kita hadapi. Inilah jeda. Jeda bagi kita yang sadar akan perjalanan waktu dalam setiap detiknya.
Kehidupan kita bukan di jeda, tapi sebelum dan setelahnya. Jeda hanya waktu kita istirahat untuk melihat diri dan kenaifan kita, untuk kemudian melangkah kembali melanjutkan hidup.
Kepada para murid dan kepada saya, engkau, kita, ya ... semua yang kembali berkumpul dengan-Nya dan memberitahukan kepada-Nya semua yang telah dikerjakan dan ajarkan, Yesus berkata, "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika" (Mrk 6:30-31).
Sebab Sang Guru tahu bahwa memang begitu banyaknya kesibukan, saking sibuknya kita, sehingga makan pun kita tak sempat.
Kita diajak Sang Guru ke tempat yang sunyi. Dia yang mengajak lho! Ia mau sendirian dengan kita. Ia mau kita memberi kesempatan jeda untuk beristirahat sejenak ... di tempat yang sunyi.*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 5 Februari 2022:
Bacaan Pertama: 1 Raja-Raja 3:4-13
"Salomo memohon hati yang bijaksana agar sanggup memerintah umat Allah."
Pada suatu hari Raja Salomo pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan kurban sebab di situlah bukit pengurbanan yang paling besar; seribu kurban bakaran ia persembahkan di atas mezbah itu.
Di Gibeon itu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam.
Bersabdalah Allah, “Mintalah apa yang kauharapkan dari pada-Ku!”
Lalu Salomo berkata, “Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau!
Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini.