Sementara Saul memiliki keyakinan dan sikap berikut prasangka buruk yang tidak pasti terhadap Daud.
Hal-hal ini menghadirkan masalah komunikasi berlanjut yang berdampak pada ketidakbahagiaan dan ketidaknyamanan hingga ajal menjemput Saul dan Yonathan.
Memang Berger merekomendasikan dialog humanis dan membangun konstruksi berpikir yang baik- be positive dalam interaksi sosial sebagai salah satu jalan untuk mengurangi ketidakpastian dan kecemasan dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang baik dengan sikap, motovasi dan nilai yang baik menghasilkan dampak yang baik pula bagi hidup.
Selain memberikan kepastian informasi, menginspirasi hidup juga menggerakkan hati setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi untuk melakukan sesuatu yang baik yang menjadi tujuan dalam berkomunikasi.
Yesus yang berjumpa dengan banyak orang dalam perjalanan pastoral-Nya, berusaha menghadirkan kepastian atas kondisi ketidakpastian hidup dan pergumulan orang-orang yang datang untuk menemui-Nya.
Contohnya orang kusta disembuhkan, orang lumpuh menjadi tahir dan orang yang cemas diteguhkan dan dicerahkan.
Banyak orang yang mengerumuni-Nya ingin mendapatkan kepastian informasi, nilai dan pandangan hidup serta ajaran-ajaran tentang Kerajaan Allah.
Mereka yang datang kepada Yesus juga sudah memiliki sikap, motivasi, nilai, orientasi budaya dan latar belakang yang berbeda.
Tidak heran bila ajaran Yesus direspons, dipahami dan disikapi secara berbeda pula oleh para pendengar. Termsuk orang-orang terdekat - kaum keluarga-Nya, sehingga mereka menilai bahwa “Ia tidak waras lagi”.
Untuk mengurangi ketidakpastian, kecemasan serta prasangka buruk para pendegar yang mengerumuni-Nya, Yesus memberikan pencerahan dan mengedepankan pemahaman tentang nilai-nilai universal melalui perumpamaan-perumpamaan hidup.
Bahwasannya dalam kondisi ketidakpastian dan kecemasan dan kebingungan atas orientasi hidup, manusia tetap mengharapkan yang terbaik dan terindah bagi hidup sesamanya.
Pesimisme, berburuk sangka, motivasi buruk, mengadili sesama secara sepihak tanpa konfirmasi, sama sekali tidak mengurangi ketidakpastian dalam proses komunikasi.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 18 Januari 2022: Senjata Hukum
Suasana ketidakpastian dan kecemasan dalam berkomunikasi mesti dikurangi dengan prediksi-prediksi baik, penjelasan yang mencerahkan dan dialog interaktif yang menghadirkan pemahaman dan kegembiraan satu sama lain.
Kita bisa belajar dari Yesus, Sang Guru yang memiliki kasih dan pemahaman yang luas terhadap setiap manusia.