Saya sendiri merasakan. Saya juga ikut merasakan pengeluhan masyarakat. Makanya saya mulai dari maju menjadi kepala desa.
Hanya memang waktu itu, di desa tidak ada dana. Hanya ada ADD 50 Juta. Terus bantuan propinsi hanya 2,5 juta. Jadi memang sangat sulit untuk membangun wilayah terutama desa. Nah berangkat dari itu saya memilih terjun ke politik maju menjadi DPRD.
Kata Orang, terjun ke dunia politik katanya butuh modal dan Ekonomi yang kuat, apa Pak Erik waktu itu pak Erik memiliki itu semua?
Waktu itu saya tidak punya modal. Tidak punya uang. Modalnya hanya modal sosial. Intinya baik saja dengan orang. Merawat relasi. Kalau ada yah bilang ada, kalau tidak ada yah jujur bilang tidak ada.
Katanya waktu kuliah pernah jadi Loper Koran yah?
Iya benar. Waktu kuliah saya jadi loper koran Pos Kupang. Dan Pos Kupang ini menjadi pekerjaan saya sejak awal berdiri.
Apa yang Pak Erik dapatkan dari pekerjaan menjadi Loper Koran?
Kata orang pekerjaan loper koran itu murahan. Saya nikmati saja. Intinya secara ekonomi saya terbantu. Untungnya juga, dengan pekerjaan itulah yang membuat saya menjadi seperti ini. Karena semua informasi sebelum pak gubernur baca berita yah saya sudah baca.
Katanya dari pekerjaan itu sempat beli mobil?
Yah waktu itu dengan pendapatan 1 juta perbulan saya bisa beli mobil. Mobil ada tiga dan di kampus itu yang punya mobil hanya tiga orang. Pa rektor, ada satu dosen dan saya.
Apakah Pa Erik Sudah memprediksi kalau saat mundur dari wakil ketua DPRD bisa menang dalam pemilihan Wakil Bupati?
Baca juga: Direktur Utama BPOLBF Tertarik Berkunjung ke Desa Wolotopo Timur Ende
Tentu itu semua melalui pertimbangan. Setiap langkah politik yang saya ambil, saya sudah melakukan kalkulasi dan perhitungan.
Seperti apa kalkulasi politik itu?
Memang selama menjadi DPRD saya selalu membangun hubungan baik dengan teman-teman DPRD. Kurang lebih 12 tahun kebersamaan dengan teman-teman saya yakin mereka pasti memilih saya.
Di pemilihan pak Erik mendapatkan 23 suara. bisa dibocorkan partai mana saja yang mendukung?