Berita Pemprov NTT

Fashion Kain Tenun Kaliuda dan Pahikung, Pesona Yang Tak Lekang oleh Waktu 

Penulis: Michaella Uzurasi
Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga Pesona kain tenun Sumba Timur

Untuk mendapatkan motif yang sama dalam satu kain namun arah motif berbeda, tekniknya adalah dilipat saat diikat. Sekali mengikat motif bisa untuk membuat lima lembar kain dan sekali tenun menghasilkan satu liran sehingga kalau membuat lima lembar kain berarti sepuluh liran. Setelah ditenun baru disambung bagian tengahnya. 

Baca juga: PON Papua, Pemprov NTT Minta Altet Jaga Sportivitas

"Kalau yang asli dari benang pintal itu sampai 41 teknik pengerjaan yang berbeda dari awal sampai selesai. Kalau benang sintetik paling 35 sampai 38 teknik," bebernya.

Untuk membuat kain dalam waktu singkat, penenun biasanya menyewa tenaga untuk setiap tahapan mulai dari menggulung benang, membentangkan benang, mengikat dan mewarnai dengan cara dicelup.

Sementara proses pembuatan Kain Pahikung memakan waktu saat menenun karena setiap motif dipasang lidi dan harus benar - benar teliti dengan hitungan pada setiap motif. Jika ada satu saja kesalahan, harus dibongkar ulang dari awal.

Sebagai pegiat budaya dalam hal ini tenun ikat, Sovia merasa sakit hati ketika ada yang mengklaim dan memalsukan tenun Sumba.

"Saya pernah lihat di TV waktu itu, mereka tenunnya persis sekali dengan kain Sumba tapi bukan troso ternyata itu print, sudah sejak lama sekali jadi kainnya lebih lemas, lebih jatuh. Saya curiga jadi tanya ke teman desainer waktu itu kenapa ini persis sekali tapi warnanya agak pudar sedikit tapi kainnya jatuh begitu, ini macam tidak asli. Tapi kok warnanya seperti asli, dia jawab oh itu print. Itu menyakitkan sekali," kesalnya.

Baca juga: Sambut Dies Natalis ke 39, Unwira Gelar Expo 

Bersama temannya, Rambu Ana yang juga adalah penenun dari Sumba Timur, Sovia bermodal nekat mengikuti pameran di Kupang sejak tanggal 10 September sampai 21 September. Mereka juga berencana untuk pergi ke daerah - daerah lain di Pulau Timor seperti Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu.

Menurut Sovia, dalam masa pandemi mereka harus 'menjemput bola' sehingga meskipun tidak sebanyak tahun - tahun sebelumnya, kain - kain itu bisa tetap terjual. Sovia dan Rambu Ana membawa kain sekitar 8 karung dari Sumba untuk dijual.

"200-an lembar, ada yang dibeli dari penenun, kalau saya kerjasama dengan orang di kampung saya karena di sana mau jual susah jadi biar saya bawa, saya jual, saya bantu. Jadi istilahnya women support women," ujar Sovia. 

Menurut dia, animo orang Kupang untuk membeli kain cukup tinggi meskipun ditengah pandemi. 

Baca juga: Satgas SPIP Terintegrasi Lingkup Pemprov NTT Dikukuhkan Wakil Guberur NTT

"Dalam keadaan beginipun mereka berusaha untuk beli saking sukanya dengan tenunan. Jadi ada harapan untuk kami kedepannya kami akan lanjutkan ini. Tidak menunggu harus ada event kita coba saja," katanya 

Salah satu pecinta kain tenun yang kebetulan sedang memilih kain untuk dibeli, Petronela Roni Raya mengatakan, dia sangat menyukai segala jenis tenun terutama tenun Sumba. 

"Karena saya memang guru Seni Budaya, saya suka sekali dengan budaya - budaya itu. Salah satunya kain ini. Kain tenun NTT itu kan kekayaan kita. Kalau dibandingkan dengan kain batik walaupun bagus tapi saya tidak terlalu simpati. Saya senang pakai kain ini karena ini memang kita punya kekayaan yang perlu kita lestarikan," kata perempuan asal Adonara ini.

Koleksi kain tenunnya bahkan ada dari hampir setiap daerah di NTT. Kain - kain itu didapatkan dari teman - temannya yang berasal dari berbagai daerah. 

"Sekarang NTT ini kan digalakkan untuk memakai kain tenun. Seperti pemerintah ini kan ada hari - hari kerja mereka mengenakan pakaian tenun. Ini adalah bentuk bagaimana kita ada mencintai kekayaan kita. Sekarang kan batik itu masuk cepat sekali. Kalau kita tidak mempertahankan ini (tenun) maka hancur," jelasnya.

Baca juga: Rektor Unwira Kupang : Jika Dalam Empat Tahun Kedepan Tidak Ada Profesor, Saya Minta Mundur 

Halaman
123

Berita Terkini