Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edi Hayong
POS-KUPANG.COM I BETUN-- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT salut akan semangat dari para petani milenial di Kabupaten Malaka khususnya di Kecamatan Malaka Barat.
Semangat yang ditunjukkan bukan cuma sebatas konsep program di atas kertas, tetapi sudah nyata dan telah mendulang jutaan rupiah. Realitas ini sudah d itunjukkan Poktan "Kamus Tabiru" di Desa Umatoos, Malaka Barat, walau belum genap setahun beroperasi.
Untuk kedepannya, BPTP NTT akan siap membantu dalam hal pendampingan penerapan teknologi yang efisien, efektif agar produk holtikultura yang dihasilkan berdaya saing bukan di pasaran lokal tetapi bisa antar kabupaten khusus di Daratan Timor.
Peneliti dari BPTP NTT, Dr. Ben de Rosari, menyampaikan ini disela-sela kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) pengembangan tanaman holtikultura kepada petani milenial di Poktan Kamus Tamiru, Desa Umatoos, Malaka Barat, Kamis 23 September 2021.
Baca juga: Info Sport, Presiden Jokowi Dipastikan Membuka Gelaran PON XX Papua pada 2 Oktober 2021
Ben de Rosari mengemukakan, alasan utama kehadirannya bermula dari mengikuti postingan hasil tomat yang luar biasa dari Poktan ini. Apalagi anggota kelompoknya merupakan kaum milenial. Sebagai gambaran bahwa tidak semua kaum milenial mau menggeluti dunia pertanian karena identik dengan kotor dan harus konsentrasi di kebun.
"Kaum milenial kan lebih banyak berorientasi jadi PNS karena tidak mau kotor. Tapi Poktan Kamus Tamiru membalikkan semua itu. Lewat kerja bersama memanfaatkan lahan yang ada ternyata memberi hasil yang luar biasa," jelas Ben.
Menurut Ben de Rosari, apa yang ditunjukkan Poktan ini harus menjadi bahan evaluasi Pemkab Malaka bahwa semangat kaum milenial ada. Kendala yang selama ini terjadi bahwa lahan tidur masih sangat luas tetapi pendampingan yang belum berjalan baik.
"Kami dari BPTP NTT akan mendorong dan memotivasi kaum petani milenial di Malaka khususnya di Malaka Barat. Sentuhan teknologi harus diberikan dan kami punya tim ahli bidang pertanian yang bisa memberi pendampingan," tutur Ben.
Ben berharap usaha pengembangan holtikultura di poktan ini tidak cuma tomat tetapi bisa aneka sayuran. Soal harga jual tentu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk asosiasi petani sayur sehingga disepakati soal keseragaman harga jual, apa jenis komiditi dan kapan waktu tanamnya.
"Saya ajak petani milenial di Malaka ayo geluti bidang pertanian karena poktan ini sudah menunjukan hasil bahwa walau baru setahun sudah mampu mendulang jutaan rupiah. Mereka bisa biayai hidup keluarganya, bisa mempekerjakan orang bahkan bisa membeli pikap baru untuk menjual hasil pertanian berupa tomat," pungkas Ben.
Ketua Poktan Kamus Tamiru, Robi Klau mengatakan, ide pengembangan holtikultura di lahan miliknya ini dari membaca peluang pasar. Aneka sayuran dan buah sangat dibutuhkan setiap orang. Apalagi proses dari penanaman sampai menghasilkan buah tidak membutuhkan waktu lama," jelasnya.
Robi menyampaikan terima kasih kepada BPTP NTT yang bersedia memberikan pendampingan dalam hal penerapan teknologi yang efisien, efektif dalam menunjang proses pengembangan usaha termasuk penjualan sesuai keinginan pasar.
"Kami akan membentuk asosiasi petani sayur sehingga ada keseragaman harga jual. Kami tentu juga berharap ada kerjasama dengan Dinas Pertanian Malaka dalam hal bantuan alsintan untuk pengembangan lahan kedepan dengan kami menanam aneka jenis sayuran lainnya," harap Robi.
Robi mengaku lahan yang digarap ini baru setahun tetapi berkat kerjasama anggota dan keluarga, saat ini sudah mulai menikmati hasil. Bahkan mempekerjakan beberapa kaum milenial termasuk poktan mengadakan satu unit pikap untuk memasarkan hasil tomat mereka.
"Sementara ini pasaran masih di Malaka. Kedepan dengan dampingan dari BPTP NTT dan Pemda Malaka kami akan perluas pasaran ke kabupaten tetangga juga ke Kota Kupang. Apalagi usaha yang kami rintis ini menggunakan pupuk organik jadi aman buat kesehatan tubuh," tegas mantan pemain bola kaki PS Kota Kupang ini.