Baca tanpa iklan
POS-KUPANG.COM, JAKARTA – Sampai saat ini, bantuan kemanusiaan senilai Rp 2 triliun dari salah satu pengusaha di Indonesia, masih menjadi perbincangan serius publik di Tanah Air.
Namun ranah pergunjingan itu semakin bergeser, karena bantuan dari keluarga Akidi Tio itu diduga hanya abal-abal.
Buktinya, hanya terpaut lima hari pasca penyerahan bantuan tersebut, Heriyanti putri bungsu Akidi Tio langsung ditangkap polisi.
Kini oknum yang bersangkutan terpaksa berurusan dengan aparat kepolisian Polda Sumatera Selatan (Sumsel) karena dana bantuan itu tak kunjung cair.
Baca juga: Sumbangan Rp 2 T Keluarga Akidi Tio Hoaks, Gubernur dan Kapolda Sumsel jadi Korban, Pelaku Tersangka
Hingga saat ini, Heriyanti alias Ahong masih berada di Mapolda Sumsel di Palembang untuk dimintai keterangan terkait bantuan Rp 2 triliun tersebut.
Heriyanti ditangkap polisi Senin 2 Agustus 2021 siang. Ia dijemput langsung oleh Dir Ditreskrimum Polda Sumsel, Hisar Siallagan.
Sementara di saat yang sama, keluarga Akidi Tio bungkam pasca mengklaim menyumbang Rp 2 triliun untuk penanganan covid-19 di Palembang Sumsel.
Terhadap fakta ini publik pun kaget. Sebab awalnya semua kalangan kagum atas ketulusan keluarga Akidi Tio.
Kini semuanya kecewa bercampur kesal, karena bantuan yang nilainya fantastis tersebut diduga hanya ‘prank’ semata.
Baca juga: Diduga Donasi Rp 2 T Palsu Anak Pengusaha Akidi Tio Ditangkap Polda Sumatera Selatan
Namun berangkat dari kasus teranyar saat ini, mantan Menteri Hukum dan HAM RI Hamid Awaluddin pun ikut angkat bicara.
Dikutip dari Kompas.com, Hamid Awaludin memiliki pandangan yang berbeda tentang bantuan abal-abal yang nilainya fantastis tersebut.
Terkait hal itu, berikut ini kami sajikan secara lengkap pandangan Hamid Awaludin tentang kasus semacam iniyang diberi judul Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat
Saya tidak bertepuk tangan. Saya tidak memberi rasa kagum, apalagi pujian.
Baca juga: Putri Bungsu Akidi Tio Ditangkap Polisi, Bantuan Rp 2 Triliun Diduga Abal-Abal, Begini Kisahnya
Saya malah kian sangsi mengenai akal waras kita semua.
Saya kian teguh bahwa para pejabat di negeri ini, sama sekali belum belajar dari berbagai kejadian masa lalu.