Selama ini kita tahu bersama, penanganan kekerasan oleh pemerintah tidak maksimal.
Hal itu dibuktikan, setiap kali ada aksi kekerasan, cara aparat keamanan menertibkannya pun dilakukan dengan cara-cara represif.
Ini mengingatkan pada Dalai Lama, spiritualis Buddha itu, "don't let the behavior of others destroy your inner peace (jangan biarkan kekerasan orang lain merusak kedamaian batinmu).”
Dalam konteks ini, pemerintah yang melakukan represi dalam menertibkan kekerasan sipil tidak dapat dibenarkan.
TGB Zainul Majdi tidak demikian. Karenanya, ia mengajar seluruh Azhariyyin berkontribusi dalam segala bidang.
Sebab, Islam adalah solusi yang memiki manhaj dakwah tersendiri, yang sistematis, bervisi jangka panjang, tidak instan apalagi represif.
Islam harus menjadi solusi, bukan bagian dari stimulan kekerasan. Itu baru berhasil bila Islam Washatiyyah ala Al-Azhar diterjemahkan bersama-sama oleh Azhariyyin ke dalam nilai-nilai dan aksi-aksi perjuangan di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang plural dan majemuk ini.
Suatu bangsa yang sangat rentan perpecahan dan dirundung masalah.
Semangat keagamaan dan kebangsaan TGB Zainul Majdi sudah inheren dan genetis di dalam dirinya.
Ia merupakan tokoh karismatik keturunan tokoh karismatik. Ia adalah putra dari Hajjah Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri dari TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid (Tuan Guru Pancor), pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW).
Sementara Tuan Guru Haji (TGH) Pendiri NW ini adalah keturunan sultan Selaparang, sebuah kerajaan Islam di Lombok. Dari sanalah, genetika kepemimpinan TGB. Zainul Majdi sudah tidak diragukan lagi.
Pada masa penjajahan, TGH menjadikan madrasah-madrasah NW sebagai tempat latihan para santri sebelum melawan penjajah.
Bahkan, tahun 7 Juli 1946, TGH turun tangan sendiri memimpin penyerbuan barak-barak militer pasukan NICA (Netherlands ndies Civiele Administration) di Selong. Adik kandungnya sendiri yang bernama TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua santri NW wafat sebagai syuhada’.
Tidak berlebihan, dengan segudang pengalaman, prestasi semasa mengembang amanah sebagai ekskutif, sebagai agamawan karismatik dengan nasab keluarga yang terhomat, penulis menyebut TGB Majdi merupakan tokoh ideal di masa depan.
Hari ini, di hari ulang tahunnya yang ke-48, semoga ia membawa berkah di masa-masa mendatang, dan mendapat amanah menjadi pemimpin masa depan.
Demi mengahiri masa-masa paceklik kedamaian dan kerukunan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia ini.
Sebagian artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Sosok Ini Umbar Prestasi Tuan Guru Bajang hingga Disebut Pantas Jadi Pemimpin Indonesia Masa Depan