Jelas bahwa tim pemerintahan Trump, terlepas dari semua kegilaannya, berada pada saat yang paling rentan dan paling tidak mendukung sebelum meninggalkan jabatannya.
Mereka mencoba untuk menetapkan garis keras terhadap China untuk presiden berikutnya.
China menganggap ini adalah langkah yang diperhitungkan untuk mendominasi strategi nasional AS selama masa jabatan Trump, dan gangguan serius pada transfer kekuasaan normal.
"Kunjungan Pompeo atau oleh seorang di tingkat yang lebih senior akan menjadi pelanggaran berat terhadap prinsip satu China.
"Ini sama sekali tidak dapat diterima oleh Beijing. Seluruh dunia tahu bagaimana China akan bereaksi, dimana setiap tanggapan yang kuat akan dapat dimengerti."
"Karena itu, kami tidak takut dengan krisis serius di Selat Taiwan saat ini. Biarkan pesawat kami terbang di atas pulau.
"Legitimasi kami untuk melakukan serangan balik terhadap provokasi yang melanggar garis AS-Taiwan akan memiliki landasan moral yang tinggi. Yang disebut militer Taiwan tidak punya nyali untuk menembaki PLA.
"Mereka (Taiwan) sepenuhnya sadar bahwa jika mereka melepaskan tembakan, itu akan menandai dimulainya perang.
"Militer kami akan segera melancarkan pukulan dahsyat di lapangan terbang militer Taiwan dan fasilitas militer penting lainnya," gertak China.
Global Times mengatakan bahwa Tentara Tiongkok sepenuhnya siap untuk skenario konflik militer.
Mereka yakin, hal itu akan memenangkan dukungan dari seluruh negeri dan mampu meruntuhkan moral di Taiwan.
"Tampak jelas bahwa langkah Trump yang tidak menentu hanya dilakukan untuk kepentingan pribadi dan ambisi lingkaran kecil."
"Tingkah laku liar ini tidak didukung oleh mayoritas warga Amerika. China pasti akan memenangkan konflik dan pemerintahan Trump akan meninggalkan jabatannya dengan memalukan.
"Kami harus tetap tenang. Kondisi buruk hubungan China-AS saat ini bukanlah yang ingin dilihat oleh pihak China. Namun, kemalangan yang tiba-tiba tidak dapat dihindari.
"Kita perlu dengan tenang menghadapi gelombang yang digerakkan oleh pemerintahan Trump di tahap akhir kegilaannya," tulis media pemerintah China tersebut.