Yuli mengakui, saat ini hanya bergerak untuk wanita - wanita Katolik saja karena lebih memudahkan untuk berkoordinasi.
Meski demikian dia berharap, wanita - wanita Katolik yang berada di sekitar masyarakat akan menyalurkan pengetahuan atau ilmu yang mereka dapatkan itu ke masyarakat sekitarnya.
"Jadi kami mengambil peran bukan hanya di gereja tetapi juga di masyarakat" ujarnya.
Yuli juga mengungkapkan akan diselenggarakan pelatihan pembuatan pangan secara online.
Berikut pengembangan Aquaponik Rumah Pangan Lestari (RPL) yang didalamnya ada aquaponik maupun hidroponik.
"Nah ketiga program ini adalah kegiatan pemerintah yang juga salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan juga ekonomi keluarga" jelas Yuli.
"Inilah salah satu strategi kami, memanfaatkan tantangan bagaimana kita menghadapi tantangan pada masa pandemi ini kita tidak boleh keluar rumah kita hanya boleh di dalam rumah sehingga kita terhindar dari covid-19" lanjutnya.
Pelaksana tugas (Plt) Bidang Kesejahteraan Rakyat, Rayneldis Boleng Haayon, S.Pd., mengungkapkan, disaat pandemi seperti ini, solidaritas justru muncul dan WKRI DPD NTT dengan semangat solidaritas, bersama pemerintah dan Satgas Covid-19 membantu masyarakat, awalnya dengan membagi masker kepada beberapa komunitas di Kota Kupang.
"Tidak hanya itu, DPD juga mengimbau DPC se-NTT untuk melakukan hal yang sama sehingga menggerakkan solidaritas itu untuk begitu diimbau langsung 1 NTT bergerak bersama - sama sehingga kita berharap bahwa sebanyak mungkin sesama kita yang kurang beruntung boleh mendapat selembar kain seperti ini (masker) ditengah situasi bencana" jelas Rayneldis.
Selain masker, lanjutnya, WKRI juga membagikan sembako kepada keluarga - keluarga yang kurang beruntung.
"Tidak semua tentunya, tetapi kita prioritaskan kepada yang sangat membutuhkan" ujarnya.
Untuk kegiatan jangka panjang, kata Rayneldis, kesehariannya yang lebih banyak dengan kelompok masyarakat desa, dia melihat situasinya bertentangan.
"Kita di kota ketika semua orang kenyang kita di kota yang lapar karena sumber makanan itu ada di desa. Di desa itu berkelimpahan" katanya.
"Kami kemudian menbangun jembatan antara makanan yang banyak di desa dengan konsumen yang membutuhkan banyak makanan di kota. Jadi jaringan ini kemudian terbentuk, kami bekerjasama berkoordinasi dengan paroki - paroki untuk makanan yang di desa bisa dialirkan ke sini dan kami membantu penjualan melalui online" jelas Rayneldis.
Jembatan kasih yang terbangun dengan adanya pandemi ini adalah karena bagaimana mengubah tantangan menjadi peluang sehingga cinta kasihnya menjadi lebih banyak dan lebih nyata.