95 Persen Guru 3 T dan SLB Setuju PJJ atau Kombinasi

Penulis: Hermina Pello
Editor: Hermina Pello
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Education Team Leader Wahana Visi Indonesia, Mega Indrawati sedang presentasi dalam webinar Hasil Penelitian Suara Guru di Masa Pandemi Covid-19

POS-KUPANG.COM - Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ataupun sistem kombinasi dengan pembelajaran tatap muka yang diterapkan pada masa pandemi Covid-19 ini ternyata disetujui hampir seluruh guru atau sekitar 95 persen guru yang mengajar di daerah 3 T maupun pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa (SLB).

Hasil penelitian suara guru, menunjukkan bahwa hampir seluruh guru (95%) setuju pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan/atau dengan metode kombinasi.

Hampir setengah responden guru (45%) mengharapkan pembelajaran dapat dilakukan secara kombinasi antara pembelajaran tatap muka (PTM) dan PJJ.

Hasil penelitian ini disampaikan Mega Indrawati, M.Pd (Education Team Leader Wahana Visi Indonesia) pada webinar Hasil Penelitian Suara Guru di Masa Pandemi Covid-19, Kamis (22/10/2020).

Survei suara guru yang dilaksanakan WVI bekerjasama dengan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan didukung PREDIKT, juga memperlihatkan bahwa kendala dalam pelaksanaan PJJ juga lebih terasa untuk guru yang mendampingi anak usia dini dan anak penyandang disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Baca juga: Guru 3T Butuh Peningkatan Kapasitas di Masa Pandemi

Baca juga: Wakil Wali Kota Kupang Apresiasi Program ITF dari Ruang Guru

Indrawati juga memaparkan, sekitar 76 persen guru khawatir dan ragu untuk kembali ke sekolah, terkait penularan COVID-19 dan kondisi belajar yang tidak nyaman/tidak efektif.

Sebaliknya, hanya 1 dari 4 guru yang menyatakan kondisi sekolah akan aman dan kecil kemungkinan penyebaran COVID-19.

Dalam risalah kebijakan berdasarkan survei ini yang disampaikan ke pemerintah pusat, dipaparkan bahwa khusus untuk guru 3T, sebagian besar responden berharap melakukan kombinasi PTM dan PJJ secara luring.

Namun, persentase guru 3T yang berpendapat situasi sekolah akan aman lebih besar dibandingkan guru non 3T, karena banyak wilayah 3T dengan kasus Covid-19 relatif rendah daripada kota-kota besar.

Di sisi lain, persentase guru pendidikan khusus yang menyatakan aman justru lebih kecil dibandingkan guru umum.

Hal ini bisa disebabkan oleh kesulitan guru untuk memastikan protokol kesehatan dapat dijaga anak penyandang disabilitas (atau ABK), terutama dalam menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.

Lebih lanjut, Indrawati juga memaparkan bahwa suara guru yang disampaikan melalui survei ini juga menyampaikan terkait upaya yang sebaiknya dilakukan untuk mendukung kinerja guru selama masa PJJ ini antara lain;

- Penguatan psikososial untuk guru, serta peserta didik dan orang tua,

- Ajakan untuk guru terlibat & bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan

- Pemantauan/pengawasan lapangan

Halaman
12

Berita Terkini