Guru 3T Butuh Peningkatan Kapasitas di Masa Pandemi
Guru 3T dan Pendidikan Khusus juga membutuhkan pendampingan khusus untuk proses pembelajaran. Kelengkapan fasilitas sekolah.
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
POS-KUPANG.COM - Dalam suasana pandemi ini, dimana penerapaan pendidikan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) maka dibutuhkan kapasitasi dari seorang guru untuk mendukung sistem PJJ ini
Survei suara guru yang dilaksanakan Wahana Visi Indonesia berkerjasama PREDIKT dan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memperlihatkan mayoritas guru terutama para guru di daerah 3 T membutuhkan program peningkatan kapasitas dalam mendukung sistem pembelajaran jarak jauh yang diterapkan di masa pandemi ini.
Tim Leader Pendidikan Wahana Visi Indonesia, Mega Indrawati, M.Pd mengemukakan, hasil survei yang dilakukan pada guru SLB dan Guru di daerah 3 T tersebut menunjukan 62 persen membutuhkan peningkatan kapasitas berupa pelatihan digital tingkat lanjut.
Baca juga: Wakil Wali Kota Kupang Apresiasi Program ITF dari Ruang Guru
Baca juga: Peringati Hari Sumpah Pemuda, PMKRI Kefa Demo Tuntut Pemda TTU Segera Bayar Gaji Guru Kontrak
Sementara itu, sekitar 35 persen guru masih membutuhkan keterampilan pelatihan digital dasar.
Hasil survei yang dpresentasikan Indrawati pada pada webinar Hasil Penelitian Suara Guru di Masa Pandemi Covid-19, Kamis (22/10/2020), juga memperlihatkan bahwa 1 dari 2 guru membutuhkan kompetensi perilaku hidup bersih & sehat (PHBS) serta manajemen pendidikan masa darurat (EiE).
Guru 3T dan Pendidikan Khusus juga membutuhkan pendampingan khusus untuk proses pembelajaran. Kelengkapan fasilitas sekolah.
Selain peningkatan kapasitas, para guru 3T maupun pendidikan khusus membutuh dukungan pemerintah terkait ketersediaan alat perlindungan diri (APD) dari COVID-19, internet/pulsa & listrik untuk guru & peserta didik.
Sementara itu menurut Avianto Amri, Ph.D (CEO PREDIKT), pada kesempatan yang sama menjelaskan bahwa survei suara guru ini menjadi masukan bagi kemendikbud dalam membuat kebijakan dan program-program peningkatan kualitas pembelajaran jarak jauh yang dilakukan selama masa pandemic.
Survei ini paparnya, melibatkan 27.046 responden yakni guru dan tenaga kependidikan di 34 provinsi Indonesia.
Dimana kata Avianto, presentase responden sebanyak 95 persen di daerah non 3T dan 5 persen di daerah 3T.
Untuk kategori pendidikan umum sebanyak 74 persen dan pendidikan khusus atau inklusi sebanyak 26 persen.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Dr. Iwan Syahril, Ph.D., mengakui bahwa selama kurang lebih 7 bulan pelaksanaan PJJ ada banyak persoalan yang dialami baik guru dan siswa.
"Sejak pandemi ini, kami banyak melakukan dan mencari solusi terlebih bagi guru di daerah 3T dan guru SLB. Tentu agar pembelajaran tetap berlangsung," papar Iwan.
Karena itu, tambahnya suara guru yang disampiakan melalui hasil riset dari Wahana Visi Indonesia ini bisa menjadi masukan untuk Kemendikbud.
“Survei suara guru yang dilakukan Wahana Visi ini menjadi acuan agar pendidikan tetap berjalan. Semoga mendapat manfaat dari berbagai masukan serta solusi yang lebih efektif di masa pandemi ini," kata Iwan. (laporan reporter POS-KUPANG.COM, Hermina Pello)