Zito mengatakan, informasi-informasi itu hanyalah isu yang sengaja disebarkan oleh pihak tertentu yang ingin mengacaukan suasana di negeri matahari terbit itu.
Zito mengatakan, informasi sesat itu disampaikan oleh pihak tertentu di Timor Leste yang memanfaatkan gejolak politik negara saat ini.
Ia mengakui bahwa suasana politik di negaranya sedang tak kondusif.
Menurut Zito, meski terjadi gejolak, pemerintahan tetap berjalan untuk melayani masyarakat.
Ia mengatakan jika terjadi gejolak ekonomi, semata karena dampak dari Covid-19, yang mana juga dialami semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Saat ini, katanya, situasi karena pengaruh Covid-19 berangsur pulih. Pasar-pasar dan pusat pembelanjaan sudah buka kembali, kecuali penerbangan. Perekonomian mulai menggeliat kembali meski tetap mengikuti protap Covid-19.
Emergency state hanya terjadi di perbatasan negara terutama bagi pedagang-pedagang dari Indonesia melalui NTT. Namun sudah disepakati tiap hari Rabu pintu perbatasan dibuka.
"Sebelumnya para pedagang ini hanya dikasih interval waktu dua jam saja di pintu perbatasan untuk memasukkan material dagangannya," kata Zito.
Berada di Urutan ke-152
Sebelumnya, UNDP dan Bank Dunia, Timor Leste berada di urutan ke 152 dari 162 negara termiskin di dunia.
Bahkan militer negara di bagian timur Pulau Timor itu tidak masuk dalam daftar negara dengan kekuatan militer mumpuni.
Kini masalah baru muncul, meskipun punya simpanan di bank luar negeri mencapai ratusan triliun, namun negara Timor Leste diprediksi akan hancur 10 tahun mendatang.
Negara Timor Leste dulunya merupakan bagian dari Indonesia dengan nama Provinsi Timor Timur.
Namun pada 31 Agustus 1999, Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.
Referendum yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengakhiri konflik yang terjadi sebelumnya, serta memberi jalan bagi Timor Leste lepas dari Indonesia.