Uang itu akan digunakan untuk pembangunan koridor jalan sepanjang 44,3 km dari Gleno ke Hatubuilico.
Biaya itu juga digunakan untuk perbaikan jalan, dan menghubungkan kota-kota di Gleno dan Latefoho ke desa Hatubuilico, rumah wisata kopi paling populer di Timor Leste.
Tahap kedua dari proyek ini akan menghubungkan jalan yang diperbaiki dari Hatubuilico ke koridor jalan Dili-Ainaro yang telah selesai, secara dramatis meningkatkan akses jalan dan keamanan bagi wisatawan, petani dan produsen kopi.
"Ini adalah proyek infrastruktur transportasi utama kedua Bank Dunia di Timor-Leste dan proyek besar pertama yang diumumkan sebagai bagian dari Kerangka Kerja Kemitraan Negara 2020-2024 baru kami" kata Macmillan Anyanwu, Perwakilan Negara untuk Timor-Leste.
"Investasi ini akan berdampak positif di banyak sektor, terutama bagi pariwisata dan petani kopi, dan merupakan langkah penting untuk meningkatkan produktivitas melalui peningkatan infrastruktur penghubung," katanya.
Proyek tersebut akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan dibiayai dengan kredit lunak sebesar 59 juta dollar AS dari Asosiasi Pembangunan Internasional Bank Dunia.
Pemerintah Timor-Leste juga akan menyumbang 11,8 juta dollar AS, dengan pekerjaan diharapkan akan dimulai pada September 2020 dan aktivitas konstruksi selesai pada Desember 2023.
Sejak tahun 2000, Bank Dunia telah membantu pemerintah Timor-Leste untuk membangun kembali infrastruktur nasional, menstabilkan ekonomi dan memperkuat institusi pemerintah.
Pada tahun 2019, Grup Bank Dunia telah menyetujui Kerangka Kerja Kemitraan baru yang mencakup dukungan untuk peningkatan sumber daya manusia, pemberian layanan dan diversifikasi ekonomi, investasi dalam infrastruktur penghubung, dan reformasi dalam manajemen keuangan publik.
* Sepak Terjang Alfredo Reinado, Tokoh Kunci di Balik Krisis Hebat Timor Leste, Diredam Xanana Gusmao
Timor Leste merdeka dari Indonesia tahun 1999, namun secara resmi diakui merdeka pada tahun 2002 setelah memenangka referendum.
Sejak saat itu, Indonesia tidak lagi memiliki campur tangan atas kawasan itu, dan Timor Leste menjadi negara yang berdiri sendiri.
Namun, pada masa awal kemerdekaan yang baru seumur jagung, tepatnya tahun 2006, negara yang belum 5 tahun merdeka itu pernah dilanda krisis hebat.
Melansir Red Pepper, pada April 2006, Dili terbakar setelah 600 tentara berselisih dengan pemerintah Timor Leste.
Krisis tersebut menyebabkan bentrokan antara kepolisian nasional Timor Leste (PNTL) dan pasukan militer (F-FDTL).
Akibatnya, terjadilah kekosongan kekuasaan dan rusaknya hukum hingga ketertiban di seluruh negeri.
Baik PNTL maupun F-FDTL tidak memiliki kepercayaan dari penduduk atau kapasitas untuk memberikan keamanan dan ketertiban yang memadai.
Tuduhan berulang tentang pelecehan seksual, pelanggaran hak asasi manusia, distribusi senjata ilegal, dan keterlibatan dalam perdagangan gelap telah melemahkan kepercayaan publik pada PNTL pada khususnya.
Penyebab utama kiris tersebut adalah konflik antarelemen militer Timor Leste yang disebabkan oleh diskriminasi di dalam tubuh militer.
Dekitar 1.400 prajurit dipecat, atas tuduhan desersi, tindakan diskriminatif ini memicu pemberontakan hebat.
Hal itu berubah menjadi upaya kudeta dan aksi kekerasan di ibu kota Dili, krisis ini bahkan memicu intervensi militer hebat dan mundurnya Perdana Menteri Mari Alkatiri.
Krisis tahun 2006 menunjukkan baik polisi maupun militer tidak netral secara politik, kedua lembaga tersebut terpecah-pecah karena kesetiaan daerah dan politik yang bercampur dalam jajaran.
Dengan runtuhnya sektor keamanan dan hukum dan ketertiban secara umum, pasukan penjaga perdamaian multinasional diminta untuk memulihkan ketertiban pada akhir Mei 2006.
Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mempengaruhi kedua institusi, tetapi membalikkan kerusakan bukanlah suatu tugas sederhana.
Alfredo Reinado, salah satu pemimpin pemberontak, muncul dari krisis 2006 sebagai pemain kunci.
Popularitasnya luar biasa, bahkan setelah memimpin serangan terhadap dua pahlawan (yang masih hidup) dalam perjuangan pembebasan.
BBC memperingatkan 'ada sesuatu yang mengkhawatirkan tentang kesiapan anak muda Timor Leste untuk menyerahkan jubah pahlawan kepada seorang pria seperti Reinado.
Dia dengan tegas mengangkat senjata melawan pemerintah dalam kekacauan Mei 2006 dan menolak untuk tunduk pada mereka.
Reinado tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan kepada Timor Lorosa'e kecuali melanjutkan idealisasi perjuangan bersenjata sebagai alternatif tugas untuk membangun sebuah negara dari yang sangat kecil. '
Krisis terjadi di jalan-jalan Dili seperti halnya di tingkat negara bagian.
Pembangunan bangsa adalah momen yang sangat politis, terutama setelah krisis politik besar, dan politik adalah kunci popularitas Reinado.
Namun untuk memahami daya tarik populernya, fokusnya harus bergeser dari konteks kelembagaan dan ke krisis sosial utama yang telah berlangsung sejak 2006.
Reinando menjadi simbol dari orang-orang Timor Leste yang dirampas haknya, pemuda miskin, veteran, menjadi kunci untuk menyeimbangkan Timor Leste.
Gejolak berhasil diredam oleh Xanana Gusmao setelah meminta bantuan Australia, menangkap Reinado hidup atau mati.
Markasnya diserbu pasukan Australia dengan helikopter dan kendaraan lapis baja, empat anak buahnya tewas.
Reinano sendiri tewas tertembak saat melakukan serangan percobaan pembunuhan Presiden Ramos Horta.
Setelah krisis itu, PBB turun tangan mengatasi masalah di Timor Leste, butuh waktu 6 tahun agar negara itu kondisinya kembali stabil.
* 5 Fakta Menarik Tentang Timor Leste, Dulu Jadi Jajahan Portugis, Kini Malah Dijajah Australia, Kok Bisa?
Sampai saat ini, Timor Leste selalu menjadi perbincangan di media sosial, baik Facebook, Twitter maupun instagram.
Tritter merupakan media sosial paling anyar dalam membahas topik tentang negara yang dulunya menjadi provinsi ke-27 Indonesia.
Berdasarkan daftar trending topik Twitter, istilah "Timor Leste" telah dibahas sebanyak 2.876 kali oleh pengguna Twitter lainnya.
Angka tersebut menjadikan istilah "Timor Leste" menjadi topik yang populer di Indonesia.
Lalu, apa saja fakta mengenai Timor Leste yang perlu diketahui?
1. Bekas Jajahan Portugis
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, (1/7/2020), Timor Leste merupakan sebuah wilayah bekas jajahan Portugis.
Diketahui, Portugis pertama kali datang ke Timor Leste sekitar tahun 1520 dan menjajah wilayah tersebut.
Adapun penjajahan ini dikenal sebagai Timor Portugis.
Tidak hanya Portugis, Belanda dan Jepang juga berebut untuk menguasai wilayah Timor Leste. Perang antar negara pun terjadi dan kemudian dibuat perjanjian.
Portugis lalu memberikan bagian barat Pulau Timor ke Belanda. Sementara, Jepang menguasai Timor Leste pada 1942-1945.
Setelah Jepang kalah pada perang dunia II, Portugis kembali menguasai Timor Lester pada 1975.
Pada 28 November 1975, Timor Timur mendeklarasikan Kemerdekaan dari Portugis.
Kemerdekaan wilayah Timor Leste diumumkan oleh Front Revolusi Kemerdekaan Timor Leste (FRETILIN) yang merupakan salah satu partai di Timor Leste.
Namun, pihak FRETILIN mengambil peran semi-pemerintah yang menimbulkan polemik bagi partai-partai lain yang memiliki misi masing-masing.
Presiden Timor Leste Xanana Gusmao berbincang dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungannya di Istana Negara RI, Jakarta, Rabu (20/3/2013). Sebelumnya kedua pimpinan negara tersebut juga menghadiri Jakarta Internastional Defense Dialogue (JIDD). (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)
2. Bagian dari Indonesia
Tak lama setelah itu, pasukan Indonesia datang pada 7 Desember 1975.
Pada 1976, Indonesia menyatakan jika Timor Leste menjadi bagian negara Indonesia sebagai Provinsi Timor Timur.
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melakukan pembangunan di Timor Leste, tetapi ada golongan yang tidak puas dan melakukan tindakan separatis.
Sebelumnya Indonesia melakukan perundingan dengan Portugis. Bahkan, kedua negara membuat perjanjian referendum di Timor Leste pada 5 Mei 1999.
Perjanjian dua negara itu dikenal sebagai New York Agreement dengan adanya pengawalan masalah oleh PBB.
Kemudian dibentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) pada 11 Juni 1999.
3. Memisahkan diri dari Indonesia
Pada 30 Agustus 1999, Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.
Referendum ini didukung PBB yang juga mengakhiri konflik yang terjadi sebelumnya.
Adapun konflik berlatar belakang dengan kondisi rakyat Timor Leste yang hidup dalam konflik, kelaparan, hingga penyakit. Tercatat, lebih dari 250.000 korban meninggal dari dampak tersebut.
Pada 31 Agustus 1999, penentuan pendapat untuk menentukan masa depan Timor Leste berlangsung lancar.
Sebab, pemilih yang berpartisipasi mencapai 90 persen, sehingga penentuan pendapat tidak berlangsung lama.
PBB mengumumkan hasil jajak pendapat pada 4 September 1999.
Hasilnya dari sekitar 450.000 pemilih, sebanyak 78,5 persen warga Timor Leste memilih untuk menolak otonomi, 21 persen memilih otonomi, dan 1,8 persen dinyatakan tidak sah.
Sekjen PBB saat itu, Kofi Annan mengatakan bahwa hasil itu menunjukkan penduduk Timor Leste menginginkan kemerdekaan.
Sejak hasil diumumkan, Timor Leste resmi memisahkan diri dari Indonesia.
4. Merdeka Pada Tahun 2002
Timor Leste, dulunya bernama Timor Timur, secara resmi memerdekakan diri atau menjadi negara baru pada 20 Mei 2002.
Setelah itu, mantan pemimpin Kuba Fidel Castro bertemu Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta.
Dalam pertemuan itu, mereka membahas situasi terakhir di Timor Leste dan masalah-masalah politik internasional lainnya.
Ia juga membawa Timor Leste in Grade of Grand Collar, yang diberikan Pemerintah Dili kepada pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro.
Adapun penghargaan itu diberikan sebagai pengakuan atas dukungan yang diberikan Kuba untuk Timor Leste di bidang kesehatan dan pendidikan.
Pada 2016, Timor Leste menandatangani Perjanjian bertajuk the Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea (CMATS) dengan Australia.
Perjanjian ini mencakup ladang gas luas bernilai miliaran dollar AS, bagi dua negara.
Tetapi, belakangan Dili menuding Australia melakukan misi mata-mata demi mendapatkan keuntungan komersial dari negosiasi yang berlangsung sejak 2004.
Kemudian, Timur Leste mengajukan desakan agar perjanjian itu diakhiri.
Dili resmi mengajukan kasus itu ke Mahkamah Internasional PBB pada Juni 2015.
5. Akhiri Perjanjian Batas Wilayah Maritim Dengan Australia
Pada 2007, Dili dan Canberra terlibat dalam silang sengketa mengenai batas wilayah Timor Leste-Australia.
Timor Leste membawa persoalan ini ke Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda.
Timor Leste memastikan bahwa tuntutan mereka agar perjanjian CMATS dengan Australia segera berakhir.
Bersamaan dengan itu, muncul harapan akan adanya pendapatan bagi Timor Leste dari eksplorasi kandungan gas alam yang ada di wilayah itu.
Saat ini, pelahan-lahan Timor Leste menikmati buah dari perjuangannya itu. Namun untuk sejumlah hal, Timor Leste masih dijajah oleh Australia? (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dengan judul Baru Kemarin Sore Merdeka dari Indonesia, Ternyata Timor Leste Pernah Dilanda Krisis Hebat Tahun 2006, Sebagian Tentaranya Sendiri Berubah Jadi Pemberontak Gara-gara Hal Ini https://intisari.grid.id/read/032343836/baru-kemarin-sore-merdeka-dari-indonesia-ternyata-timor-leste-pernah-dilanda-krisis-hebat-tahun-2006-sebagian-tentaranya-sendiri-berubah-jadi-pemberontak-gara-g?page=all
Sebagian Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Timor Leste Diklaim Punya Uang Banyak, Tapi 10 Tahun ke Depan akan Jadi Negara Mati, Ini Alasannya, https://aceh.tribunnews.com/2020/09/16/timor-leste-diklaim-punya-uang-banyak-tapi-10-tahun-ke-depan-akan-jadi-negara-mati-ini-alasannya?page=all.