Ibrahim sempat berkoordinasi dengan Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa terkait penggunaan HT ini.
Setelah dihitung, jauh lebih efektif menggunakan HT daripada menggunakan ponsel pintar.
Dijelaskannya, HT yang digunakan untuk belajar-mengajar memiliki 16 saluran. Setiap saluran diperuntukkan setiap tingkat kelas.
Stasiun radio pendidikan
Menurut Hafsah, penggunaan HT akan lebih baik digabungkan dengan kunjungan guru ke rumah-rumah murid dalam proses pembelajaran. Karena ada mata pelajaran yang sulit untuk dijelaskan kepada murid.(Randy Pratama)
Memang ada kekurangan dalam penggunaan HT.
Karena komunikasinya dua arah, terkadang siswa berebut untuk menjawab saat diberi pertanyaan.
Karena itu, guru meminta kepada murid, untuk menyebutkan nama terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari guru.
Ke depannya, Ibrahim berencana membangun stasiun radio pendidikan sehingga semua warga Punik bisa belajar.
Dia berpikir penggunaan HT bukan hanya bisa dimanfaatkan saat pandemi ini saja, melainkan bisa digunakan seterusnya.
Terutama guru, bisa mengontrol muridnya.
Penggunaan HT ini juga dirasakan sangat bermanfaat oleh guru sekolah setempat. Seperti yang dirasakan oleh Hafsah, salah seorang guru.
Hafsah menceritakan akibat belajar dari rumah, awalnya pembelajaran siswa tidak maksimal. Banyak anak-anak yang tidak belajar, tidak terkontrol oleh guru.
"Jadi pas waktu jam pelajaran itu pada main-main," kata Hafsah.
Menurut Hafsah, pembelajaran menggunakan HT dengan secara tatap muka itu sama. Cara yang digunakan itu sama seperti kegiatan belajar tatap muka.
"Jadi, kita jelaskan seperti yang di dalam kelas setiap pagi, anak-anak memperhatikan. Cuma tetap menggunakan buku siswa masing-masing."
"Jadi kalau ada pembelajaran yang tidak dimengerti, siswa balik nanya. Seperti tatap muka biasa. Tapi bedanya itu sih, masing-masing [murid] di rumah, kami [guru-guru] yang di sekolah," tambahnya.
Untuk memantau kegiatan belajar, para siswa tetap dipanggil satu persatu menggunakan HT.
Biasanya, Hafsah meminta dokumentasi kegiatan belajar kepada orang tua siswa.
Seluruh siswa tetap didampingi oleh orang tuanya, walau menggunakan HT.
Selain itu, juga ada guru yang berkeliling memantau siswa melaksanakan tugas yang diberikan.
Menurutnya, penggunaan HT akan lebih baik digabungkan dengan kunjungan guru ke rumah-rumah murid dalam proses pembelajaran. Karena ada mata pelajaran yang sulit untuk dijelaskan kepada murid.
"Yang paling sulit itu matematika. Saya kalau pelajaran matematika harus ketemu langsung sama murid.
Entah itu dua atau tiga orang yang datang ke sekolah atau datang ke rumah. Kemudian dijelaskan menggunakan papan baru disuruh pulang," tambah Hafsah.
Masih kurang efektif
Hafsah menceritakan akibat belajar dari rumah, awalnya pembelajaran siswa tidak maksimal. Banyak anak-anak yang tidak belajar, tidak terkontrol oleh guru.(Randy Pratama)
Menurut orang tua murid, penggunaan HT ini dirasa sebagai alternatif yang pas dalam kegiatan belajar dari rumah.
Seperti yang dirasakan Masjayanti, salah seorang orang tua murid.
"Kalau menggunakan radio (HT) ini saya rasa lebih gampang.
Karena di sini kondisi sinyal [ponsel] nya juga kurang. Jadi ini lebih efektif kayaknya," kata perempuan yang berprofesi sebagai petani ini.
Akan tetapi, dia merasa proses pembelajaran menggunakan HT ini masih kurang efektif.
Dia masih mendambakan agar anaknya bisa melangsungkan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dengan para guru.
"Sekolah sangat penting bagi anak saya.
Supaya masa depanya mereka lebih meningkat lagi. Jangan kayak saya orang tua yang tidak sekolah," pungkasnya. (Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Guru di Sumbawa Gunakan HT untuk Belajar Jarak Jauh, Harga Terjangkau Rp 200 Ribu Per Unit"