Mengurai Kisah Meninggalnya Bayi Alexi di RSUD Ben Mboy Ruteng: Engelbertus Kehilangan Putra Pertama

Penulis: Gecio Viana
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Engelbertus Agung dan Nursiana Iman, warga Kampung Todo, Desa Tentang, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Mabar

POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Meninggalnya bayi mungil bernama Alexi di RSUD Ben Mboi Ruteng, Kabupaten Manggarai menjadi topik pembicaraan di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) dalam sepekan terakhir, Sabtu (20/6/2020).

Buah hati pasangan Engelbertus Agung (25) dan Nursiana Iman (26) ini meninggal, sesaat setelah dilahirkan pada Sabtu (13/6/2020) pukul 10.00 Wita.

Nelayan Tenggelam di Perairan Lamakera, Basarnas Maumere Terjun Tim Lakukan Pencarian

Sebelumnya, Nursiana Iman dibawa oleh sang suami ke Puskesmas Tentang, pasca mengeluh sakit saat berada di rumahnya di Kampung Todo, Desa Tentang, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Bersama keluarga, Engelbertus Agung membawa istrinya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Tentang, Jumat (12/6/2020) sore menggunakan pikap milik kerabatnya.

Menpan RB Kaji Pengurangan ASN Di Indonesia, Yang Tidak Prodktif Dinonaktifkan, Terlibat Pilkada?

POS-KUPANG.COM berusaha menghubungi Engelbertus Agung dan Kepala Puskesmas (Kapus) Tentang, Jakobus Nentu, Amd.Kep, melalui sambungan telepon, Jumat (19/6/2020).

Engelbertus Agung saat dikonfirmasi mengaku, mengikhlaskan kepulangan anak pertamanya ke pangkuan Sang Khalik.

Namun demikian, pihaknya pun merasa kecewa dengan pelayanan yang diterima di Puskesmas Tentang.

"Kami ikhlas saja dengan apa yang menimpa anak pertama kami, ada juga yang bilang buat laporan dan lain-lain. kami tidak tuntut, artinya biar tidak ada kematian bayi di puskesmas itu, maksimalkan pelayanan di puskesmas itu," katanya di ujung telepon.

Dikisahkannya, sang istri, Nursiana Iman mulai mengeluh sakit dan dengan sigap, ia pun bersama keluarga membawa Nursiana ke Puskesmas Tentang pada Jumat (12/6/2020) sekitar pukul 17.00 Wita.

Dibutuhkan waktu hingga 30 menit menggunakan kendaraan pikap milik kerabatnya.

Setelah tiba di Puskesmas Tentang sekitar pukul 17.30 Wita, pihaknya mendapati puskesmas tanpa petugas. Pihak keluarga pun berinisiatif memanggil petugas medis yang tinggal di dekat puskesmas.

Selanjutnya, kata Engelbertus, terdapat 2 petugas medis yang langsung melakukan pelayanan kesehatan kepada Nursiana Iman di puskesmas itu.

"Mereka selalu pantau, dan saya juga membawa serta 1 dukun beranak yang terlatih di desa, selanjutnya pada jam 10 malam, ada tanda keluar air ketuban, selang 1 jam keluar darah," paparnya.

Lebih lanjut, dengan mempertimbangkan kondisi pasien, Engelbertus pun mendapatkan surat rujukan agar istrinya mendapatkan penanganan medis lebih lanjut di RSUD dr Ben Mboi Ruteng, pada Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 Wita.

"Setelah itu dokter memberikan surat rujukan. Saya tanda tangan surat rujukan sekitar jam setengah 6 pagi. Mereka bilang siapkan mobil dan lainnya, tapi saya sudah siapkan," katanya.

Engelbertus mengakui, tidak mengetahui seperti apa Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan ibu bersalin di puskesmas itu, namun menurutnya surat rujukan semestinya harus lebih awal diberikan sehingga ia segera membawa istrinya ke rumah sakit rujukan.

Berbekal surat rujukan dan ditemani petugas medis dari puskesmas, perjalanan pun dilakukan sekitar pukul 06.30 Wita dan tiba di RSUD dr Ben Mboi Ruteng sekitar pukul 09.00 Wita.

Sang istri lalu dibawa ke ruangan bersalin, setelah melalui UGD RSUD dr Ben Mboi Ruteng, Nursiana, tutur Engelbertus, bersalin tanpa melalui operasi, namun bayi laki-lakinya meninggal dunia sesaat setelah dilahirkan.

"Waktu keluar (dilahirkan), tubuhnya masih hangat dan bernapas, tapi tidak menangis seperti anak-anak orang lain. Tidak sampai 1-2 menit langsung dikatakan meninggal," kisahnya.

Bayi laki-laki itu pun selanjutnya dibawa ke rumah duka dan telah dimakamkan oleh keluarga.

Secara terpisah, Tentang, Jakobus Nentu, Amd.Kep, memberikan komentar dan klarifikasi terkait pelayanan di puskesmas yang dipimpinnya.

Menurutnya, pelayanan yang diberikan telah optimal dan sesuai SOP yang ada. Petugas medis pun bertempat tinggal kurang lebih 20 meter dari puskesmas.

"Pasien diterima bidan puskesmas, ada jadwal shift karena pelayanan 24 jam. Lalu jarak antara rumah bidan, dokter dan perawat kurang dari 20 meter, dan berada di dalam area puskesmas. Kemudian pelayanan malam, tim kerja ada. Ada posisi bidan, perawat dan dokter. Mereka kerja sesuai dengan tupoksi masing-masing," jelas.

Dijelaskannya, pasien tiba di Puskesmas Tentang pada pukul 18.30 Wita, dan dalam kesempatan itu, bidan yang saat itu bertugas tengah mandi.

Namun setelah dipanggil, berselang sekitar 3 meniti, petugas medis dengan segera melayani pasien di ruangan perawatan puskesmas.

Selanjutnya, bidan melaporkan kepada dokter puskesmas, dan sesuai instruksi dilakukan pemeriksaan intensif terhadap pasien dan pemeriksaan denyut jantung bayi.

"Semua keadaanya baik dan tidak ada tanda tanda kegawat daruratan, pasien terus diobservasi. Sampai Sabtu dinihari pukul 01.30 Wita, bidan pimpin persalinannya sampai pukul 04.30 Wita, karena tidak ada kemajuan maka direkomendasikan untuk dirujuk," paparnya.

Kondisi pecah ketuban, lanjut Jakobus, tidak mesti harus diikuti dengan kelahiran, tapi hal itu menuju ke pembukaan lengkap.

"Sehingga bidan melakukan pemeriksaan dalam dan pembukaan lengkap itu baru pukul 01.30 Wita dan baru mulai pimpin persalinan, karena kalau dipaksa ngedan sebelum pembukaan lengkap tidak ada gunanya dan bahka bisa terjadi pembengkakan dan perobekan, dan sebagainya," tuturnya.

Lebih lanjut, bidan dan dokter selalu melakukan komunikasi intens dan laporan diberikan kepada dokter puskesmas, hingga dokter puskesmas langsung melakukan pemeriksaan pasien.

Dokter puskesmas, kata Jakobus, lalu memberikan penjelasan kepada keluarga agar dilakukan penanganan medis selanjutnya di rumah sakit rujukan.

"Pihak keluarga setuju untuk dirujuk, tindakan selanjutnya pemasangan infus, oksigen dan berbagai tindakan medis lainya. Pasien kemudian dirujuk dan didampingi oleh bidan senior yang spesialisasinya adalah PONED (pelayanan Obstetri Neonatus Emergency Dasar)," jelasnya.

Selama melakukan perjalanan ke RSUD dr Ben Mboi Ruteng yang berjarak sekitar 65 km, pasien ditemani bidan dan konsisten dilakukan pemantauan denyut jantung bayi. Oksigen dan infus tetap terpasang," katanya.

Diakui Jakobus, selang oksigen sempat terlepas karena kondisi jalan yang buruk, namun kembali dipasang setelah menemui jalan yang cukup naik.

"Oksigen itu terlepas di jalan jelek yg mendaki ke Golo Welu, bukan di Wae Kotar, Karena jalan di Wae Kotar itu masih hotmix, oksigen kemudian dipasang lagi setelah lewat dari Golo Welu (di wela) karena jalan sudah baik lagi, jarak waktu lepas dan pasang lagi oksigen itu kurang lebih 15 menit," paparnya.

Setelah itu, penanganan selanjutnya di RSUD dr Ben Mboi setelah dilakukan transfer pasien oleh bidan.

Jakobus mengaku, pihaknya telah melakukan pelayanan yang sebaik mungkin untuk setiap pasien yang ada.

"Saya juga bingung di bagian mana pelayanan yang dinilai lamban," katanya.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Kabupaten Mabar, Paulus Mami mengatakan, pelayanan kesehatan kepada semua pihak baik petugas kesehatan dan penerima layanan harus utuh agar tidak terjadi konflik maupun ketidakpuasan.

Menurutnya, pelayanan yang diberikan oleh pihak Puskesmas Tentang telah sesuai SOP, namun tidak dapat dielakkan bahwa terdapat juga kendala teknis saat pelayanan diberikan.

Kendala teknis itu, lanjut Paulus, yakni saat pelayanan diberikan kepada pasien Nursiana Iman, terjadi pemadaman listrik dan kondisi jalan yang buruk saat pasien di rujuk ke RSUD dr Ben Mboi Ruteng.

"Pelayanan manusia secara utuh, baik petugas dan penerima layanan. Saya lihat tindakan mereka (petugas di Puskemas Tentang) sudah pas, hanya saya lihat ada kendala listrik padam dan saat antar (rujuk) ada kerusakan jalan. Kan (bayi) meninggal Ruteng. Jadi bidan, perawat dan petugas sudah bekerja," paparnya.

Pihaknya juga berharap, pemberitaan dalam kejadian tersebut juga didasarkan pada prinsip keberimbangan, sehingga semua pihak dapat memberikan pernyataan.

"Harapan saya berita berimbang, sehingga menjaga motivasi para petugas medis. Apalagi petugas medis itu kan dari luar atau dari program Nusantara Sehat, jangan sampai kita tidak dapat tenaga medis lagi," katanya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Assale Viana)

Berita Terkini