Opini Pos Kupang

Makna Merdeka Belajar

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Pos Kupang

Ketika pendidikan dipahami sebagai transformasisasi budaya, jiwa belajar yang merdeka menjadi kebutuhan mutlak. Hanya dengan ketekunan mengevaluasi budaya tanpa henti, manusia tidak mewariskan budaya secara akumulatif. Hanya dengan kemandirian atau merdeka belajar, manusia mentransmisikan budaya secara inovatif lintas generasi. Jika jiwa merdeka belajar hilang, daya inovasi untuk pembaruan budaya juga hilang.

Manakala pendidikan adalah pembentukan pribadi manusia secara holistis, merdeka belajar menjadi dasarnya. Hanya dengan kesediaan mengerahkan daya belajar tanpa henti, manusia dapat membentuk dirinya secara paripurna. Jika manusia hanya belajar sampai pada level mengingat, misalnya, tanpa terus memacu pikiran untuk menggapai level menalar, ia tidak akan mencapai kesempurnaan kemampuan kognitifnya.

Saat pendidikan dilihat sebagai proses melahirkan manusia pembelajar, kemandirian atau merdeka belajar pun menjadi sendinya. Tidak ada manusia pembelajar jika belajar berhenti atau dihentikan pada waktu dan ruang tertentu. Tidak ada manusia pembelajar jika belajar hanya dilihat sebagai persekolahan, persekolahan dipersempit sebagai pengajaran, pengajaran dipersempit sebagai aktivitas dalam ruang kelas, aktivitas di ruang kelas dipersempit sebagai dril materi ujian nasional.

Ketika pendidikan merupakan pendewasaan manusia, semangat belajar yang merdeka juga menjadi kuncinya. Kematangan diri manusia akan absen sepanjang tidak terbuka untuk belajar. Demikian juga merdeka belajar menjadi determinan ketika pendidikan hendak memanusiakan manusia. Hanya dengan jiwa belajar yang merdeka, manusia memenuhi kebutuhan fisik-biologis dan memajukan kebudayaannya. Segenap potensi manusia pun menjadi kompetensi jika digerakkan semangat belajar yang merdeka. Potensi manusia akan stagnan ketika daya jelajah menyusuri kedalaman diri dan dunia sekitar dihentikan atau berhenti pada masa dan ruang tertentu saja.

Poin yang hendak ditegaskan penulis adalah merdeka belajar sejatinya bukanlah tesis untuk kegagahan pencetusnya. Namun, merdeka belajar merupakan nilai adiluhung pendidikan. Kesejatian pendidikan terletak pada seberapa jauh ia bisa melahirkan semangat belajar yang merdeka dalam diri seseorang. Oleh karena itu, merdeka belajar mesti menjadi kiblat utama dari semua aktivitas pendidikan.

Esensi Merdeka Belajar

Terbaca bahwa merdeka belajar setara dengan kemandirian belajar. Dalam pemahaman yang sederhana, kemandirian belajar merupakan kekuatan internal seseorang untuk belajar tanpa henti. Kemandirian belajar adalah kehendak bebas dalam diri seseorang untuk selalu belajar tanpa paksaan dari luar karena orang tersebut menyadari manfaat penting dari belajar dalam hidupnya.

Hal ini berarti pula kemandirian belajar bertalian dengan inisiatif dan tanggung jawab seseorang untuk menjadikan belajar sebagai senjata untuk menghidupi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Di titik ini, prilaku belajar sudah memasuki fase fungsional-aplikatif.

Merdeka belajar tidak terutama bertalian dengan pengetahuan dan keterampilan melakukan belajar meskipun dua hal tersebut menopangnya. Merdeka belajar lebih berhubungan dengan sikap atau karakter insan pendidikan terkait dengan belajarnya. Oleh karena itu, kemandirian belajar tidak untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk pada insan pendidikan.

Pembentukan semangat merdeka dalam belajar membutuhkan proses yang panjang dan cenderung tidak langsung melalui belajar pengetahuan dan keterampilan. Artinya, jiwa merdeka belajar lebih merupakan dampak pengiring dari suatu pembelajaran. Itu artinya pula merdeka belajar bersembunyi di balik penggunaan strategi belajar. Dalam konteks ini, tidak terbantahkan bahwa strategi belajar tertentu begitu andal membentuk manusia berjiwa belajar merdeka.

Tidak pelak pula, kemandirian atau kemerdekaan belajar datang dari keteladanan. Oleh karena itu, mustahil berbicara tentang kemandirian belajar peserta didik tanpa kemandirian belajar pendidik. Di titik ini, jiwa belajar yang merdeka perlu dimiliki segenap insan pendidikan, entah peserta didik entah pendidik.

Sebagai persoalan nilai bersama, kemerdekaan belajar juga merupakan kultur sekolah. Sebagai kultur sekolah, kemerdekaan belajar yang solid antara peserta didik dan pendidik sangat menentukan terbentuk ekosistem moral pendidikan. Soliditas kemandirian belajar tersebut menjamin terciptanya lingkungan sekolah dengan karakter kuat.

Poin lain yang hendak ditegaskan dalam artikel ini adalah merdeka belajar tidak terutama berarti pengurangan beban administrasi pembelajaran bagi guru. Pemangkasan urusan administrasi hanyalah jalan untuk menggapai makna hakiki dari merdeka belajar, yakni semangat belajar tanpa henti pada guru demi peningkatan profesionalisme dan pembentukan keteladanan belajar kepada peserta didik.

Merdeka belajar juga tidak terutama berarti pengevakuasian peserta didik dari keterpenjaraan dalam ruang kelas. Pembukaan secara luas akses pengalaman belajar di luar kelas hanyalah cara untuk menghantar peserta didik pada kesejatian makna belajar, yakni belajar demi hidup dan kehidupan, bukan hanya hidup demi belajar. Oleh karena itu, tidak ada kata stop untuk belajar. (*)

Berita Terkini