5 Warga NTT di Bali Demam Tinggi Bersamaan Digigit Anjing Kintamani yang Positif Rabies

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lima warga NTT yang digigit anjing rabies menjalani perawatan itensif di RSUD Klungkung, Sabtu (25/1/2020).

"Anjing yang sama menggigit 11 warga dari tanggal 12 sampai 15 Januari 2020," ungkap Kariana.

Menerima informasi itu, pada 15 Januari 2020 petugas Bidang Keswan (Kesehatan Hewan) mengambil sampel otak anjing untuk cek laboratorium. Hasilnya anak anjing Kintamani itu positif rabies.

Warga yang digigit kala itu langsung diberikan VAR. Dua orang mengalami gigitan berisiko tinggi yakni jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (leher, muka dan kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki.

"Setelah mendapat info anjing tersebut mengalami rabies, 11 warga yang tergigit langsung kami berikan VAR di Puskesmas. Sementara dua orang mengalami gigitan risiko tinggi harus mendapatkan SAR," jelas Kariana.

Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kabupaten Klungkung Ida Bagus Juanida mengatakan, riwayat anjing Kintamani yang gigit warga itu tidak jelas.

"Riwayat anjing mungkin tidak jelas, apa sudah pernah divaksin atau tidak. Ternyata sampelnya positif rabies," ujar Juanida, Sabtu (25/1).

Dia mengatakan, kasus itu menunjukkan masih ada lalu lintas anjing dari luar kabupaten Klungkung yang berpotensi menyebarkan rabies.

"Sebaiknya jangan ada lalu lintas anjing dari luar. Kalaupun ada, mesti diawasi ketat, pastikan riwayat anjing tersebut sudah divaksin atau belum," kata Juanida

Ia mengingatkan warga mengubah perilaku memelihara anjing. Anjing periharaan agar diikat atau dikandangkan, jangan dilepasliarkan. Yang memelihara anjing wajib memvaksin anjing peliharaannya.

Pada tahun 2017, Pemkab Klungkung sebenarnya berhasil mengendalikan penyebran virus rabies. Sepanjang tahun 2017, kasus rabies di Klungkung nilhil. Namun kondisi ini tidak bertahan lama. Pada medio tahun 2018, kembali ditemukan kasus rabies di Klungkung.

Posisi Klungkung sebagai jalur lintas kabupaten memudahkan kasus rabies kembali mencuat. Juanida mencontohkan, tahun 2017 Klungkung bebas rabies, namun wilayah sekitarnya seperti Gianyar, Bangli, dan Karangasem masih ada kasus rabies.

Sehingga penyebaran virus rabies sangat memungkinkan terjadi di Klungkung.

"Mobilitas anjing liar itu sangat cepat. Anjing liar yang berasal dari wilayah Lebih (Gianyar), dalam beberapa menit saja bisa masuk ke Takmung (Klungkung). Target bebas rabies harus ada keselarasan antar satu daerah dengan daerah lainnya," ungkap Juanida.

Berdasarkan data tahun 2019, estimasi populasi HPR (Hewan Penular Rabies) seperti anjing, kera dan kucing meningkat cukup signifikan. Sebelumnya diestimasi jumlah HPR di Klungkung mencapai 14.000 ekor, tahun 2019 meningkat menjadi 21.228 ekor.

Cakupan vaksinasi tahun 2019 sudah mencapai 19.287 ekor, jumlah populasi anjing mencapai 18.546 ekor, kucing sebanyak 711 ekor, dan kera 30 ekor.

"HPR, khususnya anjing liar populasinya terus bertambah. Migrasi anjing liar, pergerakan dan perkembanganya sangat cepat. Jumlahnya bahkan melebihi, dari yang kami estimasikan sebelumnya," ungkap Juanida.

Sepanjang tahun 2019, tercatat ada 25 kasus gigitan positif rabies di Klungkung. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Dawan pada periode bulan Mei 2019. (Tribun Bali)

Berita Terkini