Sebanyak 5 warga NTT di Bali demam tinggi bersamaan digigit anjing kintamani yang positif rabies
POS-KUPANG.COM | SEMARAPURA - Herman Yulianto Nenotek (29), berbaring lemah di ruang A5, Sal Apel, RSUD Klungkung, Sabtu (25/1/2020). Warga asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut dan empat rekannya diisolasi dalam satu ruangan karena didiagnosa suspect rabies.
Mereka alami demam tinggi sejak Jumat (24/1/2020) malam setelah digigit anjing Kintamani yang positif rabies di rumah kontrakan di Lingkungan Sangkan Buana, Lingkungan Semarapura Kauh, Klungkung pekan lalu.
• Sembilan Pasang Balon Bupati dari Golkar di NTT Rakor di Labuan Bajo
"Saya digigit pada bagian kaki kanan, hanya sedikit lukanya," ujar Herman Yulianto. Selain Herman, pasien suspect rabies lainnya yaitu Paskalis Bau (21), Rifan Taneo (29), Ensi Maugana (23) dan Wanri Christian (20).
Hanya Herman yang saat itu masih mampu berkomunikasi. Sementara empat orang lainnya lelap tertidur dalam kondisi lemah. Mereka semua asal NTT ) yang tinggal bersama di satu rumah kontrakan di Lingkungan Sangkan Buana, Kelurahan Semarapura Kauh.
• Warga Nasipanaf Sebut Josef Nae Soi dan Jefri Riwu Kore Pernah Janji Perbaiki Jalan Sadar Bakti
"Kami semua pegawai koperasi Sumber Rezeki. Anjing yang menggigit, didapat rekan kami dari seorang nasabah di Kintamani, Bangli. Tuan rumah kami tangannya juga sempat digigit anjing itu," kata Herman.
Mereka dilarikan ke RSUD Klungkung karena alami demam secara bersamaan, Jumat malam (24/1). Bahkan seorang pasien yakni Rivan Taneo sempat kejang-kejang.
"Kami belum pastikan apakah positif atau tidak, masih harus pemeriksaan lebih lanjut. Sementara masih suspect atau kecurigaan rabies karena semua pasien sempat digigit anjing yang positif rabies," kata Humas RSUD Klungkung, Gusti Putu Widiyasa.
Tidak lama berselang, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Klungkung I Wayan Kariana, menyambangi RSUD Klungkung untuk mengecek kondisi kelima pasien tersebut.
Ia meminta beberapa pasien minum air. Kariana bertanya apakah di antara pasien itu ada yang takut cahaya.
"Kondisi hari ini lumayan baik. Semua bisa minum air dan tidak ada fobia cahaya. Kemarin saat di puskesmas, seorang pasien sempat takut cahaya dan wajahnya ditutup bantal. Tapi saat ini berani melihat cahaya, mungkin saja kemarin karena demamnya tinggi. Semoga saja keluhan demam dan kejang kemarin bukan rabies," kata Kariana.
Ia menjelaskan, gejala khas terinfeksi rabies antara lain, pasien takut cahaya matahari dan tair. Air liur pasien biasanya keluar secara berlebihan.
"Walau pagi ini kondisinya baik, namun kami observasi terus," tegasnya.
Gigit 11 Warga
Gigitan anjing di Lingkungan Sangkan Buana terjadi tanggal 12 hingga 15 Januari 2020. Seekor anak anjing Kintamani warna putih diketahui mengigit 11 orang warga.
"Anjing yang sama menggigit 11 warga dari tanggal 12 sampai 15 Januari 2020," ungkap Kariana.
Menerima informasi itu, pada 15 Januari 2020 petugas Bidang Keswan (Kesehatan Hewan) mengambil sampel otak anjing untuk cek laboratorium. Hasilnya anak anjing Kintamani itu positif rabies.
Warga yang digigit kala itu langsung diberikan VAR. Dua orang mengalami gigitan berisiko tinggi yakni jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (leher, muka dan kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki.
"Setelah mendapat info anjing tersebut mengalami rabies, 11 warga yang tergigit langsung kami berikan VAR di Puskesmas. Sementara dua orang mengalami gigitan risiko tinggi harus mendapatkan SAR," jelas Kariana.
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kabupaten Klungkung Ida Bagus Juanida mengatakan, riwayat anjing Kintamani yang gigit warga itu tidak jelas.
"Riwayat anjing mungkin tidak jelas, apa sudah pernah divaksin atau tidak. Ternyata sampelnya positif rabies," ujar Juanida, Sabtu (25/1).
Dia mengatakan, kasus itu menunjukkan masih ada lalu lintas anjing dari luar kabupaten Klungkung yang berpotensi menyebarkan rabies.
"Sebaiknya jangan ada lalu lintas anjing dari luar. Kalaupun ada, mesti diawasi ketat, pastikan riwayat anjing tersebut sudah divaksin atau belum," kata Juanida
Ia mengingatkan warga mengubah perilaku memelihara anjing. Anjing periharaan agar diikat atau dikandangkan, jangan dilepasliarkan. Yang memelihara anjing wajib memvaksin anjing peliharaannya.
Pada tahun 2017, Pemkab Klungkung sebenarnya berhasil mengendalikan penyebran virus rabies. Sepanjang tahun 2017, kasus rabies di Klungkung nilhil. Namun kondisi ini tidak bertahan lama. Pada medio tahun 2018, kembali ditemukan kasus rabies di Klungkung.
Posisi Klungkung sebagai jalur lintas kabupaten memudahkan kasus rabies kembali mencuat. Juanida mencontohkan, tahun 2017 Klungkung bebas rabies, namun wilayah sekitarnya seperti Gianyar, Bangli, dan Karangasem masih ada kasus rabies.
Sehingga penyebaran virus rabies sangat memungkinkan terjadi di Klungkung.
"Mobilitas anjing liar itu sangat cepat. Anjing liar yang berasal dari wilayah Lebih (Gianyar), dalam beberapa menit saja bisa masuk ke Takmung (Klungkung). Target bebas rabies harus ada keselarasan antar satu daerah dengan daerah lainnya," ungkap Juanida.
Berdasarkan data tahun 2019, estimasi populasi HPR (Hewan Penular Rabies) seperti anjing, kera dan kucing meningkat cukup signifikan. Sebelumnya diestimasi jumlah HPR di Klungkung mencapai 14.000 ekor, tahun 2019 meningkat menjadi 21.228 ekor.
Cakupan vaksinasi tahun 2019 sudah mencapai 19.287 ekor, jumlah populasi anjing mencapai 18.546 ekor, kucing sebanyak 711 ekor, dan kera 30 ekor.
"HPR, khususnya anjing liar populasinya terus bertambah. Migrasi anjing liar, pergerakan dan perkembanganya sangat cepat. Jumlahnya bahkan melebihi, dari yang kami estimasikan sebelumnya," ungkap Juanida.
Sepanjang tahun 2019, tercatat ada 25 kasus gigitan positif rabies di Klungkung. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Dawan pada periode bulan Mei 2019. (Tribun Bali)