Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Kepala Kantor Perwakilan BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja menyebutkan ada tiga kunci yang perlu dilakukan untuk menghadapi menurunnya globalisasi dan meningkatnya digitalisasi.
Pertama, sinergi baruan kebijakan makroekonomi dan sistem keuangan antara Pemerintah BI OJK dan LPS.
"Kita perkuat untuk ketahanan ekonomi nasional. Inflasi kita jaga rendah. Nilai tukar Rupiah stabil, defisit transaksi berjalan terkendali, defisit fiskal aman dan stabilitas sistem keuangan terjaga, sekaligus mendorong momentum pertumbuhan.
Kedua, transformasi ekonomi ditingkatkan agar pertumbuhan lebih tinggi lagi. Dengan melambatnya permintaan global, rendahnya harga komoditas dan berlanjutnya perang dagang. Sumber-sumber pertumbuhan dari dalam negeri harus dikembangkan.
• Kunjungan Kerja Ke TTS, Kapolda NTT Disambut Natoni dan Disuguhi Sirah Pinang
"Transformasi sektor ekonomi, kita fokuskan ke industri manufaktur, pariwisata, maritim, pertanian dan UMKM. Perbaikan iklim investasi serta pembangunan infrastruktur dan SDM dipercepat. Ekspor didorong
melalui perdagangan internasional, baik bilateral, kawasan, maupun pasar-pasar baru," terangnya dalam acara Pertemunan Tahunan BI 2019, di KPw BI NTT, Selasa (17/12/2019).
Ketiga, inovasi digital dikembangkan. Inovasi digital mampu memperkuat keterhubungan antar agen ekonomi dari yang terkecil hingga terbesar, dari konsumen individual, UMKM hingga korporasi besar. Inklusi ekonomi dan
keuangan dapat ditingkatkan, agar mempersempit kesenjangan masyarakat.
"Kita patut bersyukur di tengah ekonomi global yang memburuk, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia cukup baik. Stabilitas terjaga, momentum pertumbuhan berlanjut. Sementara sejumlah negara mengalami resesi atau bahkan krisis. Pertumbuhan ekonomi cukup baik pada tahun 2019 dan akan meningkat pada tahun 2020, ditopang permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi," jelasnya.
Ia menjelaskan ancaman resesi dari global karena perang dagang yang masih terus berlanjut dan akan semakin berat di 2020. Bila Amerika dan Tiongkok belum menyadari dampak buruk dari peranh dagang tersebut.
Namun dengan lima program dari Presiden RI, yaitu membangun SDM, infrastruktur, transformasi ekonomi, birokrasi dan juga regulasi. Dengan lima program tersebut Indonesia akan mampu keluar dari ancaman tersebut. Jadu BI akan bekerja sama dengan pemerintah, OJK dan seluruh stakeholder akan mencoba lebih baik lagi dalam hak pertumbuhan dan pengendalian inflasi, sehingga Indonesia akan mampu bertahan dengan pertumbuhan tetap stabil.
Nyomam juga menyampaikan inflasi NTT rendah sekitar 3,1% pada akhir tahun 2019 dan akan tetap terkendali
sesuai sasaran 3±1% pada tahun 2020. Menandai rendahnya inflasi selama lima tahun terakhir. Kemudian rupiah menguat di tahun 2019 l dan akan bergerak stabil pada tahun 2020.
Di samping kebijakan BI, lanjutnya, stabilitas Rupiah didukung terjaganya keseimbangan neraca
pembayaran, cadangan devisa meningkat.
Ia menjelaskan stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga. Permodalan tinggi, NPL rendah, likuiditas cukup dan kredit perbankan yang tumbuh terbatas pada tahun 2019 akan meningkat pada tahun 2020, dengan turunnya suku bunga dan membaiknya prospek ekonomi.
"Dalam jangka menengah, prospek ekonomi Indonesia akan semakin baik. Transformasi ekonomi akan mendorong pertumbuhan lebih tinggi lagi, dengan defisit transaksi berjalan menurun dan inflasi rendah menuju Indonesia Maju berpendapatan tinggi pada tahun 2045," tuturnya.(*)