Akibat Konflik Dua Desa di Adonara, SMANSA Adonara Timur Tak Punya Gedung Sekolah Lagi

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala SMAN 1 Adonara Timur berpose di ruangannya yang berbagi sekat dan ruangan di SDN Waiwerang. Gambar diabadikan pada Senin (21/10/2019).

Tapi itu semua tidak jadi halangan bekerja bagi para guru. Guru guru begitu semangat untuk mengajar demi masa depan anak-anak."

Kualitas SMAN 1 Adonara Timur Tetap Terjaga

Walau sudah tak punya gedung sekolah lagi, kualitas SMAN 1 Adonara Timur justru semakin mentereng. Sekolah ini sudah terakreditasi A dan jumlah siswa yang mendaftar juga selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan, Lambertus Muda menuturkan sekolah itu hanya mengalami pengurangan jumlah peserta didik hanya pada tahun 2013 atau setahun setelah pecah konflik dua desa dan mereka berpindah gedung.

Namun sampai sekarang, jumlah siswa yang mendaftar bahkan meningkat terus dari tahun ke tahun. Hal ini, kata dia, membuktikan kalau publik masih memiliki kepercayaan tinggi pada sekolah itu.

Di balik keterbatasan sarana dan pra sarana, dia bersyukur para guru masih punya dedikasi tinggi dan tanggungjawab penuh pada anak didik mereka.

"Pembelajaran untuk anak SD berlangsung dari pagi sampai pukul 12.15 Wita. Setelah itu SMAN 1 Adonara Timur mulai apel dari 12.15 Wita dan pada 12.30 Wita baru mulai pembelajaran," rincinya.

Praktis, alokasi waktu satu mata pelajaran untuk SMA/SMK yang seharusnya 45 menit harus berkurang menjadi 40 menit. Para siswa pun baru pulang dari sekolah pada pukul 17.25 Wita. Tak hanya masalah waktu, para guru dan siswa SMAN 1 Adonara Timur pun harus berbagi sekat dengan guru dan siswa SDN Waiwerang dan SDI Waiwerang.

"Dengan dana komite kami bangun lagi empat ruang kelas baru setengah tembok. Aula SD dibagi jadi empat ruangan: dua ruang kelas, satu ruang guru dan ruang perpustakaan. Sekarang
saja sudah ada 21 rombel. Guru berjumlah 53 orang termasuk PNS dan honorer. Siswa sekarang berjumlah 670 orang."

"Kepercayaan publik begitu tinggi meski ruangan tidak ada dan output sekolah ini tetap bagus, lulusan Smansa diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Jawa, Kalimantan dan di Kupang. Sekarang saja yang sudah lolos SBMPTN ada 39 siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dari angkatan 2019.

Dari total itu, ada 28 siswa dapat beasiswa bidikmisi karena pihak sekolah sendiri yang fasilitasi," urainya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO)

Berita Terkini