4. Pulang kerja, Kamis (5/9/2019), Obir Masus mendapati pintu kamar dikunci dari dalam. Dipanggil tidak menyahut.
5. Obir Masus bersama adiknya Yoris membuka pintu secara paksa dengan mendobrak pintu.
6. Saat pintu terbuka, Obir Masus kaget melihat mendapati anak kembarnya sudah bersimbah darah di dalam kamar dan istrinya sekarat dengan luka parah.
7. Pihak kepolisian dari Polres Kupang Kota dan Polsek Kelapa Lima tengah melakukan Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
FAKTA-FAKTA DALAM OLAH TKP :
1. Dewi Regina Ano engenakan baju kaos berwarna hijau dan celana pendek berwarna kuning.
Kedua tangannya terangkat ke atas, dan wajah bagian bawahnya tertutup dengan baju kaosnya.
Baju kaos hijaunya tersibak ke atas.
2. Ada sebilah parang yang ada di dekatnya, dekat diatas legan kirinya.
3. Seorang anaknya dari anak kembar berada di samping kanan Dewi Regina Ano, dengan badan berbalik ke kanan.
Anak itu mengenakan baju berwana kuning dan celana pendek warna hitam.
Terdapat luka menganga terlihat ada di kepala bagian kirinya.
4. Anak laki dari anak kembar lainnya ada di atas kepala Dewi Regina Ano.
Anak itu mengenakan baju berwarna kuning dan celana pendek warna putih
5. Darah banyak tercecer di sekitar tubuh mereka.
6. Ketiganya terbaring di baliho yang diletakan diatas lantai. (Laporan Reporter Pos-Kupang.com, Gecio Viana)
• Lomba Roket Air HUT POM-AU ke-73 Lanud El Tari, SMPN 8 Juara Target, SMPN 1 Taebenu Juara Jarak
• Dua Politisi Demokrat Geluti Usaha Pertanian di Noelbaki, Kabupaten Kupang, Ini Jenis Usahanya
• Wakil Bupati Ende Djafar Achmad Diharapkan Tetap Lanjutkan Program MJ, Ini Harapan Masyarakat
Dewi Regina Ano Sempat Beli Permen Bersama Anak Kembar Angga Masus dan Anggi Masus
Sebelum terjadi pembunuhan anak kembar di Kupang, NTT, Dewi Regina Ano bersama anaknya Angga Masus dan Anggi Masus terlihat berbelanja di kios bibi Hamina, tak jauh dari mes Hotel Ima tempat tinggal mereka.
Dewi Regina Ano membawa kedua anak kembarnya sekitar pukul 15.30 Wita. Dua jam kemudian, Obir Masus menemukan istri dan dua anaknya bersimbah darah.
Si Angga Masus dan Anggi Masus tewas dengan luka potong di kepala. Sedangkan Dewi Regina Ano menderita luka bacok di leher dan perut. Kondisinya kritis sehingga dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
Penjaga kios menjelaskan, Dewi Regina Ano membawa uang Rp 3 ribu. Dia membeli penyedap masakan, permen dan satu roti.
"Dia biasanya belanja di sini," ujar penjaga kios yang enggan namanya ditulis.
Setelah belanja, Dewi Regina Ano dan anaknya kembali ke mes. Belum diketahui aktivitas lain yang dilakukan Dewi Regina Ano menjelang peristiwa pembunuhan.
Beberapa warga yang menjadi tetangga keluarga Obir Masus mengatakan, Dewi Regina Ano dikenal tertutup. Dia jarang berinteraksi dengan tetangga.
"Mereka beberapa tahun tinggal di sini. Waktu datang anak mereka masih merangkak, umur anaknya saat itu sekitar 6 atau 7 bulan," kata seorang tetangga saat ditemui Jumat (6/9/2019).
Masih menurut tetangga, Dewi Regina Ano lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam mes. Sesekali ia pergi berbelanja di kios depan rumah dan kembali ke kamarnya.
"Kalau siang, dia hanya masak di depan kamar. Kan dapur ada di depan kamar. Habis baru panggil anak-anaknya untuk masuk kamar," terangnya.
Lantaran tertutup dan jarang bergaul sehingga tetangga tidak begitu mengenal istri Obir Masus.
"Dia jarang duduk sama-sama untuk ngobrol. Kalau sempat duduk juga tidak lama dia sudah masuk ke kamar lagi," ujar sumber itu.
Sama seperti ibunya, Angga Masus dan Anggi Masus juga hanya terlihat bermain di lingkungan mes.
"Di sini, anak kecil tidak ada. Jadi, mereka bermain di sini saja. Tidak pernah bermain sampai luar pagar," sebut tetangga lainnya.
Si Obir Masus juga dikenal tetangga sebagai suami pendiam. Dia lebih fokus pada kerjanya. Obir Masus hanya pulang mes sekitar pukul 12.00 Wita untuk makan siang, setelah itu kembali bekerja hingga sore.
"Kami juga kaget ada kejadian itu. Kami tahu setelah suami kasih tahu."
Tetangga Obir Masus, Suyetno (66) yang tinggal bersebelahan kamar, memilih mengungsi ke mes lain.
"Saya takut mas, jadi tinggal di mes di bagian depan. Dari malam sampai pagi ini saya belum tidur. Tadi juga masih ada polisi yang datang," kata Suyetno yang juga rekan kerja Obir. *
Analisis Dr. Karolus Kopong Medan Pakar Hukum Pidana & Dosen Undana
Kasus pembunuhan yang terjadi di mes karyawan Hotel Ima Kupang memunculkan sejumlah tafsir tentang siapa sesungguhnya yang begitu tega menghabisi dua anak kembar Angga Masus dan Anggi Masus yang tak berdosa dan nyaris merenggut nyawa ibunya juga?
Berikut analisis Dr. Karolus Kopong Medan Pakar Hukum Pidana & Dosen Undana Kupang.
Ada yang menduga kalau tragedi berdarah itu dilakukan oleh orang lain, tapi yang sudah tidak asing lagi bagi korban.
Bahkan ada yang lebih ekstrem menduga kalau kedua bocah itu dihabisi oleh ibunya sendiri dan kemudian berusaha menghabisi nyawanya sendiri.
Apakah betul demikian adanya? Kebenaran dugaan tersebut sangat tergantung fakta yang ada di tempat kejadian dan berbagai informasi dari orang-orang di sekitar tempat kejadian.
Kebenaran tragedi berdarah ini akan gampang terungkap kalau nyawa sang ibunya tertolong. Sang ibu pasti akan mengungkapkan kebenaran peristiwa tersebut.
Lagian sejak peristiwa berdarah ini terjadi, aparat kepolisian juga tidak tinggal diam.
Saya yakin dengan cara mereka sendiri, aparat kepolisian akan mengungkapnya secara profesional.
Sekalipun dugaan yang terakhir ini juga agak jauh dari prediksi banyak orang, tetapi perspektif kriminologis menyodorkan kemungkinan itu bisa saja terjadi.
Seseorang bisa saja terjebak dalam perilaku kriminal juga dipicu oleh kompleksitas persoalan dalam menghadapi hidup ini.
Dari perspektif sociological criminal maupun psicological criminal, fenomena ini bisa terungkap.
Seseorang dalam menghadapi tekanan psikologi yang luar bisa dan ditambah dengan tekanan kondisi sosial ekonomi yang memprihatinkan dapat saja membuat seseorang bisa kalap dan melakukan perbuatan-perbuatan yang ekstrem seperti membunuh orang atau bahkan membunuh dirinya sendiri.
Semua itu hanya dugaan semata. Kebenaran yang sesungguhnya dari peristiwa berdarah itu, kita tunggu hasil investigasi aparat kepolisian yang menggarapnya.
Atau kita tunggu saja informasi sebenarnya yang keluar dari mulut sang ibunda, adaikata nyawanya dapat tertolong.
Karolus Kopong Medan lahir di Adonara - Flores pada 22 April 1962.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai SMA diselesaikan di tempat kelahiran.
Gelar Sarjana Hukum (SH) diperoleh di Fakultas Hukum Universitas Nusa cendana Kupang tahun 1988, sedangkan gelar Magister Humaniora (M.Hum) dan Doktor dalam bidang Ilmu Hukum diperoleh di Universitas Diponegoro Semarang tahun 1997 dan 2006.
Sejak 1990 hingga saat ini menjadi dosen tetap pada almamater Fakultas Hukum Undana, dan juga menjadi dosen luar biasa di sejumlah PTS di NTT, dan Universidade Dili (Undil) di Timor Leste.
Aktif menulis di media cetak dan Jurnal Ilmiah, terlibat dalam berbagai penelitian, dan menjadi narasumber di berbagai iven.(*)