Dalam Leksikon Oestergaard, yang diterbitkan pada tahun 1936 kata Spiritual diartikan sebagai "mental, kecerdasan emosional," dan gagasan spiritualitas diartikan juga sebagai kerohanian, yang berbeda dengan materialitas.
Dalam Encyclopedia DTV Brockhaus Tahun 2004 kata spiritualitas diartikan sebagai "kesalehan, iman yang didukung orientasi mental dan cara hidup".
Hal ini sebagai suatu penegasan kepada Kamus Saku Meyer bahwa spiritualitas memiliki dampak pada desain kehidupan individu. Menurut Arndt Büssing Spiritualitas adalah "orientasi dan praktek kehidupan rohani yang nyata dari seseorang yang didasarkan oleh iman dan nilai-nilai kehidupan.
Psikolog Rudolf Sponsel mendefinisikan spiritualitas sebagai suatu tindakan sadar dengan didasarkan pada nilai-nilai dan makna keberadaan manusia dan dunia ini dan khususnya tentang eksistensinya di dalam kehidupan dunia ini.
Arndt Büssing memberikan paling kurang 7 faktor yang mempengaruhi spirtualitas seseorang yaitu: 1) Doa, iman kepada Tuhan, 2) pengetahuan, kebijaksanaan dan wawasan, 3) Keyakinan, 4) Rasa Simpathi dan Belaskasihan, dan toleransi, 5)Relasi yang sehat dengan sesama, diri sendiri dan lingkungan, 6) Kekaguman dan rasa syukur, 7) Keseimbangan batin dan meditasi.
Kendatipun spiritualitas dimiliki dan ditafsirkan secara beragam dalam kandungan budaya, agama-agama,dan kepercayaan, namun pada hakekatnya, menurut saya, spiritualitas merupakan aspek hakiki dalam hidup manusia yang mengungkapkan siapa dirinya (being) dan orientasi kehidupan dan karyanya (doing).
Dengan menjadi garam dan terang berarti kita membangun suatu kehidupan yang tidaK berpusat pada diri sendiri, tetapi bagi orang lain juga.
Perilaku dasar manusia kristen karena itu tidak berpusat pada Ego (pada diri sendiri atau egoisme), tetapi kepada apa yang ada di luar dirinya.
Namun lebih jauh dari pada itu, menurut saya, patut dicatat bahwa spiritualitas juga mencakup aspek-aspek perubahan diri manusia, baik yang menyangkut eksitensinya (berjuang melawan sifat egosentrik dan sifat defensif), kognitif (belajar bertumbuh secara intelektual dan emosional), maupun aspek relasional (yang bersifat membangun hubungan harmonis aktual dan kontinyu dengan masyarakat, lingkungan dan Tuhan). ********
[1] Lihat Langenscheidt, Großes Schulwörterbuch Lateinisch-Deutsch, Berlin und München 2001, hal. 1167.