Renungan Harian

Renungan Harian Kristen Protestan Rabu 3 Juli 2019, Apa yang Baik Memakai Topeng atau Melepaskannya?

Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

Seorang manusia yang memiliki nilai spiritual harus lebih berani dari sejak awal melepaskan topengnya justru di tengah-tengah dan dalam kehidupannya, sehingga ia menemukan dirinya sendiri masyarakat dan dunia dimana ia hidup. Bukan dia baru menemukan dirinya pada saat berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa.

Seorang manusia spiritual bukan hanya mementingkan hal-hal yang tampak luar,  dari  keberadaannya yang berpusat pada egoisme diri sendiri, tetapi lebih kepada kehidupan dan nilai batiniah bersama orang  lain di hadapan Tuhan Allah.

Kehidupan manusia yang memiliki nilai spritual adalah kehidupan yang juga berarti bagi banyak orang.

Hegel, Ahli filsafat Jerman yang terkenal merumuskannya dengan kalimat „Das Wahre ist das Ganze“ (Apa Yang sejati adalah apa yang ada dalam keseluruhan). 

Proses untuk menemukan apa yang benar dan sejati tidak hanya dilihat dari satu bagian saja tetapi dari seluruh bagian. Secuail penampilan dari seseorang belumlah menggambarkan karakter keseluruhan dari orang itu. 

Kata-kata Yesus dalam Matius Matius 5:13-16 ini bukan ditujukan kepada pribadi, satu orang, tetapi orang banyak. Kamu (u`mei/j) dalam kalimat ini adalah dalam pengertian jamak.

Teks Matius 5:13-16 merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit.

Nasehat dalam Matius ini ditujuan bukan kepada  jemaat kristen  yang mapan, kaya, tetapi kepada jemaat yang berada dalam penindasan. Mereka  yang lemah yang memiliki ketakutan dan yang berjuang mempertahan iman dan identitas mereka ditengah tekanan pemerintah romawi yang represif.

13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

 14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

 15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

 16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Menurut Matius ditengah penindasan dan situasi yang sulit orang Kristen harus berani menujukkan identitasnya sebagai garam dan terang. Identitas yang benar tercermin dalam spiritualitas yang  serupa garam yang memberi nilai rasa dan cahaya yang menerangi kegelapan.

Banyak tokoh dunia mempertaruhkan hidupnya demi spiritualitas imannya. Bonhoeffer mati melawan rezim Hitler demi spiritualitas. Luther mengeluarkkan 95 dalil karena spritualitas.

Spiritualitas  (dari bahasa Latin spiritus, roh, napas 'atau spiro, saya bernapas' [1]-. Bahasa Ibrani  x;Wr ruah juga berarti roh, napas, atau dalam bahasa Yunani sebagai  ψυχή, psyche,  jiwa dan pneu/ma, Roh, kehidupan batin) dalam arti  yang luas menunjuk kepada hal-hal yang bersifat  spiritual,  artinya berhubungan dengan rohaniah atau batiniah.

Halaman
123

Berita Terkini