Tema yang mereka angkat dalam busana yang dirancang yaitu Troso Nimbrung.
“Troso Nimbrung itu kami pilih dengan paduan warna-warna laut, karena Jepara daerahnya berbatasan dengan pantai,” lanjut Farah.
Lebih dari itu, model busana yang mereka desain yaitu Wear Modes.
Yakni busana yang bisa dikenakan oleh siapa saja tanpa menilik latar belakang agama.
“Kami pilih Wear Modes supaya bisa dikenakan baik perempuan beragam Islam maupun nonmuslim. Sebab, dalam model yang memeragakan busana kami dari Paris semua,” lanjutnya.
Dari hasil desain Troso Nimbrung, kata Fitria, mendapat animo meriah dari audiens di Paris.
Apalagi saat mereka tahu ternyata yang mendesain merupakan gadis belia yang masih duduk di bangku sekolah.
“Lho ternyata yang mendesain masih sangat muda,” kata Fitria.
Bakat yang mereka miliki sebagai desainer rupanya berbanding lurus dengan hobinya, yaitu menggambar.
Meski begitu, keduanya memiliki perbedaan saat mendesain busana.
• VIDEO: Cantik, Unik dan Elegan, Koleksi Busana Modifikasi Tenun Ikat NTT Milik Shirley Manutede
• VIDEO: Belum Dapat Sekolah? Yuk Daftar PPDB Online Gelombang II di SMAN 2 Kupang
Farah lebih senang dengan busana bernuansa haute couture sedangkan Fitria lebih gandrung mendesain busana bernuansa ready to wear.
“Ready to wear desainnya simpel tapi memang enjoy saat saya mendesain itu,” ujar Fitria.
Sementara alasan Farah lebih memilih mendesain busana bernuansa haute couture karena dinilai terdapat nilai estetika mendalam.
Detail busananya pun dinilai lebih kompleks, di situlah dia merasa puas.
Kini keduanya baru saja lulus dari bangku SMK.