Mathias Beyeng: Hama Aspidiotus Destructor Itu Kutu yang Punya Perisai

Penulis: Frans Krowin
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Drh. Mathias Beyeng (kanan) saat mendampingi Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur memanen bawang di Tanatreket, Kecamatan Lebatukan, baru-baru ini.

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata, drh Mathias Beyeng mengupas tuntas soal ciri aspidiotus destructor, hama yang kini menyerang tanaman kelapa di daerah itu.

Dikatakannya, populasi tanaman kelapa yang diserang hama tersebut, saat ini menyebar di Dusun Kwakat dan Riang Dua, Desa Bour, Kecamatan Nubatukan. Serangan hama juga kini meluas ke Desa Pada dan sudah memasuki Kota Lewoleba.

Serangan hama itu, katanya, mulai tahun 2018 dan kasus itu telah dilaporkan kepadanya. Dalam laporan itu disebutkan bahwa saat ini tanama kelapa diserang hama kutu aspidiotus destructor. Hama tersebut berwarna kuning dan mempunyai perisai. Perisainya terbentuk setelah larva mulai menetap pada suatu tempat. Proses pembentukan perisai itu berlangsung singkat, hanya sekitar 12 jam.

Kemenkominfo Sosialisasi Pemilu di CFD Solo, Ini Tujuannya

Awalnya, ungkap Mathias, perisai itu masih berupa benang sutra kemudian akan membentuk perisai yang kompak akibat pergerakan larva. Kemampuan reproduksi dan keunikan proses parthenogenesis yang dimilikinya membuat hama itu dapat berkembang dengan cepat di lapangan.

Cara kerja hama tersebut saat menyerang tanaman kelapa, lanjut dia, mengisap cairan daun sehingga daun kelapa itu mulai berbercak kuning. Toksin yang dikeluarkan hama itu menyebabkan jaringan daun di sekelilingnya akan mati. Daun yang diserang terutama bagian bawah daun, tetapi tangkai daun, mayang, dan buah muda pub dapat diserang.

BREAKING NEWS: Demam Berdarah Renggut Nyawa Dua Anak di Sikka

Pada kategori serangan berat, katanya, permukaan daun kelapa itu tertutupi oleh kutu sehingga daun kelapanya memendek, menjadi kering dan rontok, sehingga kelapa tidak dapat berproduksi. Apabila seluruh daun terserang, maka mahkota daun akan habis dan tanaman kelapa itu tidak akan menghasilkan buah.

Serangan hama tersebut, ungkap Mathias, dapat mengakibatkan kerusakan tanaman kelapa yang cukup berat hingga tanaman itu mati total. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman kelapa mencapai 64.45 persen ketika diserang hama tersebut. Dampak ikutannya, adalah tanaman itu rusak dengan penurunan produksi kelapa yang sangat signifikan.

"Kalau sudah diserang hama ini, kerusakan tanaman kelapa sekitar 60 persen saja, dapat menimbulkan penurunan produksi kelapa mencapai 80 persen. Jadi serangan hama ini sangat mematikan," ujarnya.

Terhadap hal tersebut, lanjut dia, proses pengendaliannya perlu dilakukan dengan cara mengintroduksi musuh alami hama tersebut. Dan, musuh atau predator yang paling ampuh atas hama itu, adalah kumbang chilocorus politus (mulsant).

Sekitar sepuluh tahun lalu, tepatnya tahun 2008 dan 2009, hama tersebut pernah menyerang tanaman kelapa di Kecamatan Atadei dan Wulandoni. Saat itu, pemerintah memanfaatkan kumbang tersebut dan hasilnya sangat memuaskan.

Setelah aplikasi pembasmian alami hala itu dilakukab selama dua tahun, akhirnya pengendalian hayati hama tersebut dinyatakan berhasil dengan luas serangan hama menurun dan tingkat serangan ringan.

Pengendalian menggunakan musuh alami merupakan salah satu usaha pengendalian yang ramah lingkungan. Selain itu dapat menjaga populasi hama tetap berada di bawah ambang kendali sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Sampai tahun 2018dan 2019 imi populasi hama aspidiotus destructor masih dapat ditemukan di Kabupaten Lembata

Kumbang chilocorus politus (mulsant.) termasuk dalam famili Coccinellidae yang sering disebut kumbang buas, dengan corak warna kuning merah dan berdiameter tubuh 4 mm, larvanya berwarna agak kehitaman. Siklus hidup kumbang chilocorus politus (mulsant) selama 6-7 minggu (dari telur sampai bertelur kembali) dan dapat memangsa 8.400-10.900 ekor hama aspidiotus destructor selama siklus hidup setiap kumbang chilocorus politus (mulsant). (Laporan Reporter POS- KUPANG.COM, Frans Krowin)

Berita Terkini