Laporan Reporter Pos-Kupang.com, Edy Bau
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA—Desa Baudaok, Kecamatan Lasiolat pada tahun 2015 lalu menggunakan dana desa untuk program pengadaan ternak sapi sebanyak 17 ekor.
Namun dalam tahun itu, hanya 15 ekor sapi yang dibeli dan dibagikan kepada masyarakat.
Artinya, tersisa dua ekor yang belum diadakan dan dibagikan kepada masyarakat.
Baca: Pemuda Asal Sumba Barat Ini Tewas Dikeroyok Belasan Anak Muda di Bali
Yang mengherankan, pada akhir tahun 2017 setelah ada warga yang mempertanyakannya, barulah dua ekor sapi tersebut diadakan dan dibagikan kepada masyarakat.
Warga Desa Baudaok, Karolus Besin dan Leonardus Bele Bau kepada Pos Kupang di Atambua, Kamis (11/1/2018), mengatakan, warga merasa heran mengapa sapi yang harusnya dibagikan di tahun 2015, justru baru dibagikan pada akhir tahun 2017.
Hal ini, kata keduanya, mengindikasikan adanya ketidakberesan dalam pengelolaan dana desa tersebut.
“Kami heran, ini beli pakai dana desa ataukah belanja pribadi. Masa program tahun 2015 baru dituntaskan di tahun 2017, itupun setelah ada yang pertanyakan,” kata Karolus.
Baca: Bupati Manggarai Deno Kamelus Minta Camat dan Kades Lapor Kalau Ada Bencana
Hal yang mengherankan lainnya, tambah Leonardus Bele Bau, program pembangunan gedung sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) di desa itu yang harusnya dibangun tahun 2016, justru terbengkalai dan baru dilanjutkan pada awal Januari 2018.
“Dua ekor sapi tahun 2015 baru dibagikan tanggal 28 Desember 2017. Sedangkan untuk gedung PAUD, baru akan dilakukan pekerjaan setelah dua orang tukang datang pada tanggal 10 Januari 2018. Kami ini tidak mengerti kok bisa ya program dua atau tiga tahun lalu baru rampungkan tahun ini,” ujar Karolus.
Menurut Karolus, ada ketidaksesuaian antara realisasi program dengan alokasi anggaran yang telah dibahas dan ditetapkan di tingkat desa sehingga patut diduga ada kerugian negara karena diselewengkan.
“Kami minta dana desa sejak 2015 sampai 2017 harus diselidiki,” pinta Karolus.
Kepala Desa Baudaok, Robertus Ulu yang dikonfirmasi Pos Kupang, Kamis (11/1/2018), membenarkan jika sapi pengadaan tahun 2015 sudah didatangkan akhir tahun 2017 dan gedung PAUD tahun 2016 itu sudah mulai dikerjakan.
Baca: Diduga Selingkuh dengan Sosok Good Friend, Netizen Suruh Veronica Ganti Nama
Menurutnya, keterlambatan pengerjaan gedung PAUD dikarenakan sulitnya tenaga tukang.
“(Gedung PAUD, red) terlambat karena tukang desa ini berbeda dengan tukang yang didatangkan dari luar. Tapi semua beres,” jawabnya.
Sebelumnya, warga mempertanyakan sejumlah kegiatan yang tidak terealisasi pada tahun 2015 antara lain, pengadaan sapi sebanyak 17 ekor, namun hingga saat ini hanya 15 ekor yang diadakan, berikutnya fasilitasi kegiatan desa siaga dan fasilitasi kegiatan PKK berupa pengadaan alat tenun dan pelatihan tenun ikat tidak pernah terjadi. Akibatnya, alat tenun yang diadakan untuk tiga dusun di desa tersebut menjadi mubazir.
Baca: Para Petani di Flores Timur Melakukan Penjarangan Tanaman Jambu Mente
Selanjutnya untuk tahun 2016, ada sejumlah kegiatan berupa pembangunan gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) senilai Rp 100-an juta tidak tuntas dikerjakan, kegiatan PKK, tenun ikat, fasilitasi kegiatan PAUD, fasilitasi kegiatan Karang Taruna, pengadaan alat kesenian berupa gong dan genderang, fasilitasi kegiatan desa siaga, pelatihan peningkatan kapasitas aparatur dan pengadaan sapi sebanyak 18 ekor semuanya tidak terealisasi.
Baca: Warga Renrua, Belu Senang Mendapat Sapi Bibit Bali Bantuan Disnak NTT
Menurut Kades Robertus, dirinya belum bisa berkomentar banyak terkait informasi tersebut karena sedang dalam pemeriksaan Inspektorat Daerah Kabupaten Belu. (*)